KISAH KLASIK
Di gereja, satu lilin sudah dinyalakan di Lingkaran Adven. Ini pertanda sudah tiba minggu pertama penantian menjelang Natal. Lilin-lilin ini berwarna: ungu, ungu muda, merah jambu, putih, dengan segala perlambangnya. Cerita berikut berkisah tentang empat lilin yang bersedih hati:
Empat Lilin menyala sayup. Suasana begitu hening sehingga kita bisa mendengar mereka bicara.
Lilin pertama berkata, “Aku Damai, tapi tak ada orang yang mau aku tetap menyala.” Nyala Damai pelan-pelan meredup, kemudian padam. .
Lilin kedua berkata, “Aku Iman, tapi belakangan ini aku tidak lagi dibutuhkan.
Nyala Iman pelan-pelan mengecil, kemudian padam.
Dengan sayu, si merah jambu lilin ketiga berkata, “Aku Cinta, dan aku tak punya tenaga lagi untuk terus menyala. Orang-orang menyisihkanku dan tidak memahami kepentinganku.Mereka bahkan lupa mencintai orang-orang terdekat.”
Dan tanpa menunggu, Cinta padam.
Tiba-tiba seorang bocah memasuki ruangan dan melihat ketiga lilin itu tidak lagi menyala. Ia mulai mengangis.Serunya, “Kenapa kalian padam? Kalian seharusnya menyala terus!”
Lilin Keempat membujuknya lembut, “Janganlah kamu takut, Nak, karena aku Harapan. Selama aku masih menyala, kita bisa menyulut kembali lilin-lilin yang padam.”
Dengan mata berbinar, anak itu mengambil lilin putih itu, lalu menyalakan kembali ketiga lilin tersebut satu persatu.
(Janganlah pernah memadamkan Api Harapan. Dengan cahaya Harapan, apa pun yang kauhadapi. Niscaya Damai, Percaya dan Cinta akan berjaya lagi di hati….)