Seide.id – Tahun 1964, ketegangan terjadi antar dua negara bertetangga, Malaysia dan Indonesia.
Sikap Bung Karno sejak semula menentang berdirinya negara Malaysia dan campur tangan Inggris di Malaka.
Ganyang Malaysia
Sang Proklamator kala itu menyebut Malaysia sebagai boneka Inggris. Ada alasannya. Di mata Soekarno, pemberian kemerdekaan kepada Malaysia adalah siasat Inggris mengacaukan Asia Tenggara. Gerakan ‘Ganyang Malaysia’ pun disuarakan Bung Besar.
Ketegangan pun merembet ke bawah, ke kawasan perbatasan Malaysia-Indonesia. Perang hampir bisa terjadi kapan saja!….
Pasukan kedua belah pihak sudah ditempatkan di posisi garis depan masing masing. Perang psikologis makin hari makin sering terjadi, Indonesia bahkan sudah menyusupkan para sukarelawannya masuk jauh kepedalaman Kalimantan Utara.
Hantu Laut
Di perbatasan laut, ‘senggolan’ kerap terjadi. Ini salah satu kisahnya..
Indonesia menempatkan pasukan ‘Hantu Laut’ Korps Marinir atau KKO digaris depan perbatasan langsung dengan Malaysia tepatnya di Nongsa – pulau Batam.
Salah satu personil KKO yang pernah ikut operasi dalam rangka Dwikora ini adalah Prajurit Komando Riyono.
Tanggal 24 Juli 1964, siang itu Tim KKO dengan menggunakan perahu motor 10 pk mengadakan patroli rutin perbatasan.
Tim yang terdiri dari Prako Suratno sebagai komandan regu, Prako Wahadi, Parko Muhani dan Prako Riyono sendiri. Mereka berangkat patroli dengan dibekali senjata serbu ringan tanpa granat.
Mesin mati