MUHAMAD ABDULKADIR MARTOPRAWIRO
Kegaduhan dirancang
Tidak mudah untuk menerima, bahwa banyak kegaduhan dirancang oleh elit busuk untuk mempertahankan posisi mereka di tataran elit. Negara ini terus dikangkangi oleh mereka yang lama bercokol di atas sana, siapa pun yang terpilih. Bangsa ini terus dikuasai oleh orang-orang yang menggadaikan alam kita yang kaya, dan membiarkan pengusaha makelar mengubur pengusaha tangguh dan kompeten sebelum lahirnya. Kalau 2014 atau 2019 Prabowo terpilih, dia akan menghadapi tikus-tikus yang sama kok.
Setelah terpilih, siapa pun dia, akan dihadapkan dengan 3 pilihan. Yg pertama, ikut masuk dalam barisan tikus. Yg kedua, tetap bersih, tapi melakukan pembiaran, karena tikus-tikus itu terlalu kuat. Yang ketiga, berusaha melakukan perubahan, dengan mempersempit ruang gerak para tikus.
Tiga pilihan ini tersedia untuk seluruh pemimpin, baik di tingkat nasional, di daerah-daerah, maupun di BUMN, yang sudah lama digerogoti oleh barisan status quo yang termanjakan oleh pertemanan tikus-tikus. Tapi untuk yang memilih jalur tiga, siap-siap untuk menghadapi kebohongan yang disebar. Dan siap-siap untuk diturunkan kapan saja.
Tiba-tiba difitnah
Kebohongan pertama, tiba-tiba dia atau keluarganya difitnah sebagai Syi’ah, PKI, atau pembela kapitalis/Cina/neoliberalis, dll. “Cina” bisa diganti apa pun yang punya paling banyak uang di dunia; di masa lalu ‘kan “Jepang”. Yang kedua, tersebarlah kebohongan yang kira-kira bunyinya: “Kami, barisan tikus, sebetulnya bukan tikus. Dialah tikus itu (sambil menunjuk hidung sang pemimpin), yang melakukan perampokan dengan berbagai cara”.
Yang memilih jalur ketiga, tidak boleh terlalu lama menjabat. Harus diganti dengan orang baru. Haruskah diganti oleh yang sekubu dengan barisan tikus? Jangan, nanti masyarakat curiga. Siapa pun boleh terpilih, tidak harus tikus, asalkan bukan dia. Perjuangan ASAL BUKAN DIA harus digelorakan; tak apa orang baru karena selalu terbuka kemungkinan untuk ditakut-takuti atau diubah menjadi tikus sejati. Perjuangan ini harus terus diulang setiap pilpres, pilkada, dan pemilihan pejabat, supaya kita terus berada di lingkaran elit busuk, demikian pesan raja tikus.
Mereka yang menjabat satu kali, tidak akan sempat merubuhkan kerajaan kita, demikian sabda sang raja tikus. Sang pemimpin harus sekali saja menjabat, atau keluar sebelum waktunya. Setiap pemimpin baru yang terpilih secara demokratis, atau pejabat yang ditetapkan lewat kriteria yang obyektif, bisa kita buat terlihat bodoh, atau memang betul-betul bodoh. Kalau pun pinter, dia harus mulai dari nol lagi untuk melawan kerajaan kita. Sang raja tikus pun tertawa terbahak-bahak.
Dibuat Cakar-cakaran
Untuk menyembunyikan dan mengaburkan kerja barisan tikus saat merampok uang rakyat, masyarakat pendukung orang baik, yaitu pendukung calon yang kalah maupun pendukung calon yang menang, harus dibuat cakar-cakaran. Disebarlah tulisan yang melecehkan yang kalah, maupun yang menang. Para pendukung orang baik akan saling cakar dan melupakan tikus-tikus.
Sabda sang raja tikus: “Jangan sampai rakyat menjadi warganegara yang baik, yang mendukung siapa pun yang terpilih. Kalau itu terjadi, mereka akan akur setelah hari pencoblosan, dan fokus untuk kerja bersama. Kalau itu terjadi, pekerjaan kerajaan tikus akan terlihat jelas oleh mereka, dengan terang benderang. Kita harus meyakinkan mereka, persiapan pilpres berikut harus dilakukan dari sekarang. Buatlah mereka ribut terus, cakar-cakaran terus”.
Pejabat atau komisaris BUMN yang sudah berhasil kita tikuskan, lalu diberhentikan karena ketikusannya, perlu kita fasilitasi untuk menjadi YouTuber. Percayalah, demikian sabda sang raja tikus, mereka akan setia kepada sumpah ketikusannya, untuk melanjutkan perjuangan menyerang orang-orang baik.
Masih ada orang baik
Untunglah ada orang baik di lingkungan kepolisian, peradilan, dan KPK sehingga beberapa dedengkot tikus mulai dilumpuhkan. Kalau tidak ada orang baik di lembaga-lembaga itu, yang membasmi para tikus hanya pejabat sementara, yang akan melemah lagi perjuangannya setelah masa jabatan habis.
Kita sebetulnya bisa mengenali mereka. Pertama, kita coret dari daftar para tikus, para pemimpin baru yang sebelumnya tidak ada di lingkaran elit partai atau elit legislatif. Yang kedua, kita coret juga nama-nama calon pemimpin yang tidak berada di lingkaran elit partai atau elit legislatif pada 5 tahun lalu. Mengapa 5 tahun? Karena masa 5 tahun cukup bagi barisan tikus untuk mengubah siapa pun menjadi tikus.
Mereka yang namanya kita coret itu, adalah harapan kita. Tapi siapa pun mereka itu, sejak awal menjabat akan masuk dalam jebakan yang mengerikan sekaligus menggiurkan. Mengerikan, karena gairah tikus tiba-tiba meningkat di awal masa jabatannya. Menggiurkan, karena gairah itu bisa menular padanya. Yang tidak kuat pertahanannya, akan segera berubah menjadi tikus.
Pertarungan antar-orang baik
Tapi kita tidak bisa hanya mengandalkan diri pada orang-orang yang telah kita coret itu. Kita harus mencerdaskan masyarakat. Masyarakat harus mengetahui etika warga negara yang baik.
PERTAMA, sadarkan masyarakat bahwa barisan tikus selalu menyebarkan ide bahwa pilpres atau pilkada atau proses penetapan pejabat di lingkungan apapun adalah pertarungan antara yang jahat dengan yang baik. TIDAK DEMIKIAN! Pilpres, pilkada, dan penetapan jabatan politis adalah pertarungan antar-orang baik. Mereka calon-calon yang baik yang telah tersaring lewat proses yang credible. Kita tinggal memilih yang terbaik di antara orang-orang baik itu. Kerajaan tikus memang mengharapkan masyarakat mengira, yang satu putih bersih suci, yang satu lagi hitam legam jahat.
KEDUA, untuk pilkada dan pilpres, sadarkan masyarakat bahwa pertarungan hanya boleh terjadi sejak hari pertama kampanya, hingga hari pencoblosan. Untuk proses penetapan pejabat, perjuangan hanya boleh berlangsung hingga hari penetapan. Pada hari pencoblosan dan penetapan, setiap orang harus membangun komitmen untuk mendukung siapa pun yang terpilih. Mengapa? Karena siapa pun yang terpilih, dialah harapan kita untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan oleh pihak yang kalah.
KETIGA, sadarkan masyarakat untuk bersiap dengan sebaran kebohongan oleh barisan kerajaan tikus. Segala sesuatu yang buruk di negara kita, apa pun itu, akan disematkan pada pemimpin dan pejabat saat ini.
Para Tikus Tak Disebut
Selamat kepada presidium kerajaan tikus, yang berhasil memindahkan semua kejahatannya kepada setiap pemimpin dan orang baik non-partai, di berbagai posisi di pemerintahan dan BUMN. Megawati yang jual Indosat. Habibie yang melepas Timtim. Gus Dur yang terlibat Buloggate, Sri Mulyani dengan BLBI-nya, dan Jokowi yang planga-plongo, adalah barisan orang hebat dan baik yang isunya dijadikan tempat persembunyian para tikus. Tikus-tikus tetap aman tidak disebut. Tikus-tikus tetap berpesta pora. Kita melihatnya, tapi kita lebih tertarik menyerang pemimpin kita.