Seide.id – …Aku tahu, kau lelah mengikuti langkKlasik …Aku tahu, kau lelah mengikuti langkahku/ Mengikuti mimpiku/ Tapi aku tahu/ Kau akan selalu menemaniku meraih impian kita/ahku/ Mengikuti mimpiku/ Tapi aku tahu/ Kau akan selalu menemaniku meraih impian kita/ Sekarang, segenap lelah terbayar sudah/ Menjadi kenangan indah…(Billy Sherran dan Curly Putman).
Jika berbicara tentang musik klasik, otomatis yg terlintas dalam benak adalah nama-nama seperti: Berthoven, Mozart, Paganini, Straus, Schubert, Chaikovsky, Bach, dll.
Padahal menurut para pakar dan kritikus musik, jika setelah 50 tahun, karya musik masih diingat, dibicarakan, bahkan dinyanyikan lagi oleh musisi saat ini, maka karya itu sudah layak disebut karya klasik.
Adakah semua karya musik tahun ’70an mulai dari pop, rock, jazz, blues, country, balada dll, layak disebut karya klasik? Jika merujuk kepada kata klasik, yang pada sangkaku berasal dari kata class, yang artinya ‘berkelas’. Maka tak semua karya musik yg sudah berusia 50 tahun ke-atas itu layak disebut klasik. Mungkin cukup disebut karya jadul saja. Tak kurang, tak lebih.
Elvis Presley, Everly Brothers dan The Beatles malah sudah berkarya sejak tahun ’60an. Everly Brothers masih kuingat beberapa lagunya. Seperti I bless day, Devoted to youdan Crying in the Rain yang nelegenda itu. The Beatles?,…waah,…apalagi!
Lagu-lagu The Beatles, bukan saja syai’ir-syairnya masih dibicarakan oleh musisi di era ini, karena sya’ir-syairnya masih relevan. Tapi juga bahkan jenis, irama dan aransemen musiknya nasih sangat relevan!
Elvis Presley masih kuketahui beberapa lagunya, meski sambil geli jika membayangkan penampilannya. Setelan serba putih, dengan kerah kemeja tinggi menutupi leher dan sebagian pipi, pantalon ketat yang melebar di bagian bawah, boot yang juga berwana putih dan kerlap-kerlip manik-manik yang tertempel di sekujur busananya.
Tapi sekarang yg ingin aku blanyongkan adalah:…Tom Jones. Hlo?,…begini.
Ketika aku sedang googling (takut salah) mencari data tentang Eddie Vedder ketika dia membawakan lagu The Beatles di film “I am Sam, sekelebat di Youtube melihat…Tom Jones. Hloo,…penyanyi kekahiran Wales tahun 1940 ini ternyata masih ada? Aku kira sudah…, dunsanak faham ‘kan?
Pada tayangan The Voice versi inggris ini, Sir Thomas John Howard, ‘ditodong’ oleh sesama juri di The Voice yang berusia jauh lebih muda, mungkin seusia anak atau bahkan cucunya. Yang mengejutkan, sekaligus mengagumkan, sosoknya masih sangat gagah dalam usia 83 tahun. Dan suaranya…masih lantang, jernih dan macho!
Dulu, ketika televisi masih hitam-putih, ketika televisi masih menjadi barang mewah, ketika menonton di televisi umum di sebuah gedung, kantor olahraga yang hampir setiap malam dipadati oleh orang-orang menonton televisi, aku terpesona pada tayangan bertajuk: “Tom Jones Show”.
Di tayangan ‘live’ itu, Tom Jones tak sekadar menyanyi. Tapi dia juga membawakan acara, dia bercerita dengan menarik diselingi humor cerdas di sana-sini, tentang lagu yang akan dibawakannya. Para penonton di studio yang sebagian besar wanita muda, selalu menjerit-jerit histeris.
Lagu yang aku bengak-bengokkan ini adalah salah-satu lagu yang sudah menjadi klasik. Lagu ini bercerita tentang seorang lelaki yang selalu didampingi kekasihnya meraih impian. ‘Gold mine’ dalam sya’ir lagu itu bisa diartikan secara harafiah sebagai tambang emas, tapi bisa juga diartikan sebagai perumpamaan. Gold mine bisa juga berarti ‘kesempatan atau keberuntungan dalam hidup’.
My Elusive Dreams, yang semula aku kira lagu Tom Jones, ternyata dinyanyikan banyak penyanyi besar. Mulai dari: Andy Williams, Frank Sinatra, Bobby Vinton, sampai Nancy Sinatra. Lagu ini memang lagu kelaki. Jika wanita ingin menyanyikan, tinggal mengubah sya’ir…You follow me menjadi I follow you, misalnya.
Ayo berkeringat. Ayo kita menyanyi. “Ah, aku tak bisa menyanyi. Mosok thaa.., ‘kan ada pepatah: “Jika kau bisa melangkah, pasti bisa menari. Jika kau bisa bicara, kau pasti bisa menyanyi. “Tapi suaraku tak merdu. Aah, merdu atau tidak itu anugrah atau pemberian alam. Yang penting tidak fals. Bahkan ada penyanyi yang hidup, berkarya dan begitu percaya diri menambah kata ‘fals’ di belakang namanya…
(Aries Tanjung)