Memaksakan komunikasi tanpa memahami bahasa anak muda, akan mengalami kegagalan berkomnunikasi. Setidaknya akan sulit menangkap pesan atau karakter metaverse Komisi eropa ini untuk anak muda( Foto: Report AZ)
Uang bukan segalanya. Segalanya perlu perencanaan dan strategi. Jika tidak, akan mengalami kegagalan. Itulah yang dialami Komisi Eropa.
Departemen bantuan luar negeri komisi mengadakan “gala” virtual pada Selasa malam, setelah menghabiskan Rp 6 miliar untuk mengembangkan platform metaverse mereka untuk menarik minat kaum muda. Sayang, hanya enam yang muncul. Itu termasuk seorang jurnalis yang penasaran ingin melihat bentuk metaverse yang mereka bikin.
Menurut salah satu peserta, koresponden Devex Vince Chadwick, kejadian itu merupakan kegagalan langsung dan dia adalah satu-satunya yang tersisa setelah “beberapa obrolan membingungkan” dengan “kira-kira lima orang lainnya”. Itupun, mereka bergabung hanya sebentar.
Chadwick membagikan klip pendek di Twitter yang menampilkan avatar berbentuk penjepit kertas warna-warni menari di atas panggung di samping pantai tropis. Di layar ada sebuah pesan tertulis, “Apakah ada orang di luar sana?”
Ruang metaverse ini adalah bagian dari rencana mahal yang dirancang untuk mempromosikan Global Gateway Initiative komisi UE, yang bertujuan untuk menghabiskan $300 miliar pada tahun 2027 untuk membangun infrastruktur baru di negara-negara berkembang, dan trailer resminya dirilis di media sosial mereka pada pertengahan Oktober.
Platform tersebut seharusnya menjadi cara baru untuk menjelajahi Inisiatif “melalui serangkaian cerita ‘pahlawan’ dalam lingkungan virtual,” kata komisi tersebut.
Pengguna dapat menemukan informasi melalui cerita yang diputar di layar video di sekitar pulau tropis yang menjadi latarnya, sambil menemukan tambahan tidak biasa lainnya seperti instalasi seni buku terbuka di lantai cair, drone yang membawa layar dengan kata-kata berkedip seperti “pendidikan” dan ” kesehatan masyarakat,” dan kemampuan untuk berjalan di atas air.
Seorang juru bicara mengatakan proyek tersebut bertujuan untuk “meningkatkan kesadaran tentang apa yang UE lakukan di panggung dunia,” menargetkan kaum muda khususnya yang menghabiskan waktu mereka di TikTok dan Instagram, dan yang “netral tentang UE
Apakah Itu Sepadan?
Sebelum gala virtual sepi, seoerang staf internal memiliki keraguan tentang metode yang dilakukan komisi Eropa. Menurut sebuah laporan oleh Devex mengutip wawancara anonim; staf menggambarkannya sebagai “Sampah digital”, dan “menyedihkan”.
Pengguna Twitter juga tidak terkesan dengan trailer tersebut, salah satunya menjawab, “Ada kekeringan besar di Afrika Timur, UNHCR tidak memiliki cukup dana untuk makanan bagi pengungsi di kamp, dll, dan INI adalah apa yang Anda pilih untuk membelanjakan uang?
Tampaknya Komisi Eropa belum mampu memahami bahasa anak muda.
MS Sumber Yahoo Finance