Komodo di TNK, ‘Sabar Menanti Mangsa Terlena’

Untuk memburu satwa besar seperti kerbau (termasuk babi dan rusa), Komodo harus menunggu berjam-jam di ‘jalan masuk’ menuju rancah, menunggu calon mangsanya balik pulang setelah minum atau berkubang, dan Komodo cuma sekadar menggigit kaki atau bagian tubuh lainnya, lantas membiarkan korbannya pergi. Foto Tim Konservasi TNK.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

KEPULAUAN yang menjadi bagian dataran Taman Nasional Komodo (TNK), yang didirikan tahun 1980 dan tahun 1986 dinyatakan UNESCO sebagai Cagar Manusia dan Biosfir Warisan Dunia, merupakan savana berbukit-bukit (Gunung Satalibo, 375 d-plp, di Pulau Komodo merupakan pucuk tertinggi) dengan beberapa sungai yang timbul di musim hujan dan menghilang di musim kemarau.

Namun di ceruk-ceruk bukit, di antara hutan lontar dan bidara di balik savana ilalang, akan selalu ada rancah, genangan air yang masyarakat lokal menyebutnya wae. Ke kolam dan genangan air itu biasanya seluruh satwa ngumpul bareng, untuk minum. Bahkan kerbau bisa berkubang hingga beberapa jam, bukan cuma mendinginkan tubuh, melainkan karena di jalan keluar menunggu Komodo yang siap menerkam.

Tuhan Maha Pemberi. Kepada tiap mahluk di bumi sudah disiapkan rezeki masing-masing. Juga bagi para Komodo yang dinubuatkannya hanya bisa memakan daging segala daging, ragam satwa yang sama hidup di dekatnya. Tuhan yang Maha Pengasih juga melengkapi Komodo kemampuan khusus, bagaimana idealnya menyergap mangsa, yang kecil ataupun yang besar.

Seekor komodo berhadapan dengan Celeng. Menunggu korban meleng dan terlena . foto Tim Konservasi TNK .

Satu kebiasaan Komodo adalah diam tak bergerak di satu tempat, seolah sepotong kayu mati. Tapi secara mendadak, dari keadaan diam tubuhnya bisa berlari hingga kecepatan 18 kilometer per jam. Dengan cara itu dia menyergap bangau dan monyet pemakan kepiting di rawa pantai. Atau dia bergerak tanpa suara ke rusa yang asyik merumput, atau celeng yang sedang mengorek umbi, dan mendadak ”Haaap…!”

Mangsa tak harus selalu diterkam dan dilahap saat itu juga.Tak jarang, untuk memburu satwa besar seperti kerbau (termasuk babi dan rusa), Komodo harus menunggu berjam-jam di ‘jalan masuk’ menuju rancah, menunggu calon mangsanya balik pulang setelah minum atau berkubang, dan Komodo cuma sekadar menggigit kaki atau bagian tubuh lainnya, lantas membiarkan korbannya pergi…

Tentu saja Komodo tak benar-benar membiarkan mangsa itu pergi begitu saja. Diam-diam dia akan mengikuti jejak buruannya, sampai yang diburunya lemas dan ambruk di tanah. Kenapa? Ini karena air liur komodo mengandung lebih dari 60 jenis bakteri mematikan. Satu diantaranya dapat menyebabkan keracunan pada darah, Mangsa yang kena gigit akan mati lemas dalam sehari hingga beberapa minggu. ***

SEIDE 23/05/2022 PK 23:13 WIB.

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.