Seide.id -Apa reaksi kita, ketika menghadapi orang yang merasa benar sendiri, dan sulit mendengar saran atau nasihat orang lain?
Umumnya kita merasa kheki, jengkel, dan bisa juga marah. Karena niat kita baik, tapi tidak digubris, ditanggapi, dan bahkan tidak jarang kita dianggap sok tahu oleh orang itu.
Tidak harus emosi, tapi kendalikan diri dan sabar.
Menghadapi orang yang merasa benar sendiri itu yang utama adalah kita harus siap mental, bersikap tenang, dan panjang sabar.
Tidak harus berdebat, karena hal itu hanya membuang-buang waktu dan energi.
Lebih bijak itu kita diam, mengalah, dan mendoakan. Tujuannya agar kita tidak emosi, persoalan tidak berlarut- larut, dan melukai hati sendiri.
Menghadapi orang yang merasa benar sendiri dan sulit menerima saran orang lain itu, kita tidak harus menjauhinya. Lebih baik membatasi diri, bicara seperlunya, dan jangan terpancing untuk berdebat.
Begitu juga, jika hal itu terjadi dalam keluarga sendiri. Kita menghadapi pasangan atau anak yang merasa benar dan lebih pintar daripada orangtuanya!
Sebagai pasangan atau orangtua, kita harus bersikap bijaksana. Bisa jadi orangtua yang otoriter dan kurang tepat dalam menyampaikan maksudnya. Sehingga terjadi miskomunikasi.
Sesungguhnya gaya komunikasi yang baik itu interaksi dua arah. Bertukar pikiran itu tidak harus meledak-ledak, dan tidak untuk menghakimi. Bertukar pikiran itu dari hati ke hati. Suaranya jelas, tapi lembut. Karena saling mengasihi.
Jika pembicaraan kurang jelas, kita tidak harus malu untuk bertanya agar tidak salah persepsi, dan jadi ganjalan di hati.
Berani untuk saling meminta maaf, jika ada salah atau khilaf adalah sikap dewasa dan bijaksana.
Berani berubah sendiri lebih dulu, ketimbang kita meminta orang lain untuk berubah.
Karena hidup yang sesungguhnya adalah semangat belajar untuk terus perbarui diri agar hidup ini makin baik dan kian bermakna.
Mas Redjo /Red-Joss