Seide.id Jujur, semula saya sulit mencerna dan memahami wejangan Guru spiritual itu, “Bahwa untuk hidup sukses dan bahagia itu resepnya sederhana, yakni kita harus piawai berkomunikasi.”
Guru itu juga memastikan, bahwa gelar itu tidak jadi jaminan seorang meraih sukses.
Semula saya berpikir, Guru sekadar menghibur dan membesarkan hati saya yang berpendidikan rendah ini. Tapi, setelah sekian lama merenung, saya dapat menarik benang merah makna nasihat Guru.
Sesungguhnya untuk sukses itu tidak didasari kemampuan atau gelar, tapi oleh kemauan orang itu. Untuk apa hebat, jika pemalas. Yang utama dan penting adalah kita miliki kemauan keras, gigih berjuang, dan pantang menyerah.
Lalu, untuk piawai berkomunikasi itu dengan siapa, soal apa, dan bagaimana?
Ternyata piawai berkomunikasi itu yang pertama dan utama adalah komunikasi dengan diri sendiri.
Jangan menyesal, karena kita tidak sekolah atau kuliah. Apalagi, kita jadi minder dan berkecil hati bagai katak dalam tempurung.
Jangan bilang terlambat, karena sadar diri setelah kita menua. Yang terlambat itu orang yang menyerah dan berputus asa.
Masa lalu itu biarkan berlalu. Hidup hari ini demi masa depan yang lebih baik. Caranya adalah kita dituntut komitmen dan konsisten perbaiki kelemahan maupun kekurangan untuk mencoba hal-hal baru guna pengembangan diri.
Berkomunikasi dengan diri sendiri, sesungguhnya kita diajak untuk melihat, mengenal kelemahan dan kekurangan, lalu memperbaikinya. Pengembangan potensi diri untuk maknai anugerah Allah yang luar biasa dalam hidup ini.
Ketika kita mampu berkomunikasi untuk mengenali diri sendiri, hal itu makin memudahkan kita untuk berkomunikasi dengan Allah dan sesama.
Selalu menyertakan Allah dalam setiap rencana dan usaha agar kita mampu mengaktualisasikan diri untuk berkomunikasi dengan baik pada sesama.
Sesungguhnya, potensi diri itu harus digali dan dikembangkan agar berguna bagi sesama.
Selalu memaknai hidup ini agar berkenan bagi Allah.
…
Mas Redjo /Red-Joss