Konflik Yang Diciptakan Sendiri

Foto : Pavel Jurca/Pixabay

Sesungguhnya, konflik itu datang dan diciptakan oleh kita sendiri. Apapun persoalannya, karena kita egois!

Egois?

Maaf, jika saya jawab: ya! Jangan sewot atau melotot seperti itu.

Sekali lagi, saya mohon dengan amat sangat dan kebesaran hati Anda untuk tidak menyalahkan orang lain.

Konflik itu muncul sebenarnya datang dari diri sendiri, ketika kita tidak berani untuk mengalah dan memahami orang lain.

Seperti yang terjadi pada pagi tadi. Saya minta tolong istri untuk membeli sarapan di warung depan rumah.

Sepulang dari warung, istri ngomel-ngomel, dan saya tanggapi dengan senyuman.

“Kalau ngomel itu seharusnya kau tambah cantik, anehnya pagi ini kau tambah lucu.”

Istri saya makin cemberut.

“Bagaimana tidak jengkel. Pembeli ramai dan kita harus antri. Tiba-tiba ada pembeli nyelonong, lalu milihin gorengan pakai tangan kiri. Ada lagi makanan yang nyangkut di lengan bajunya itu …!” sunggutnya.

“Lha, begitu saja kok bikin sewot,” goda saya tidak bisa menahan tawa. Istri saya mendengus, karena jengkel. Tanpa diminta, saya mengambil alih belanjaan itu untuk ditaruh di piring.

“Maaf, sebenarnya kita tidak harus sewot atau marah. Kenapa? Jangan salahkan pembeli, lebih baik, jika kita mengedukasi dengan contoh,” kata saya lembut.

Istri memandang saya kurang mengerti.

“Kita bisa minta tolong pada Ibu penjualnya untuk pinjam penjepit kue. Jika penjualnya repot, karena melayani orang lain, ya, kita mengalah untuk membantunya. Bisa jadi pula, pembeli itu buru-buru, karena anaknya mau berangkat sekolah.”

“Uring-uringan itu tak ada gunanya. Bikin beban. Lebih baik, awali pagi ini dengan sukacita agar sepanjang hari hati kita jadi gembira, dan pekerjaan pun tuntas,” kata saya enteng.

Pagi itu kami sarapan bersama. Wajah istri saya makin sumringah.

Menyoal Konflik Pribumi dan Pendatang

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang