Seide.id – Setelah jatuhnya Kandahar, kota terbesar kedua di Afganistan, pada jumat 13/8 lalu, perkembangan di Afganistan semakin bergerak cepat dan mengkhawatirkan. Sabtu petang 14/8/2021 kemarin BBC melaporkan bahwa pasukan Taliban kini semakin mendekat ke Ibukota Kabul.
Pertempuran tengah terjadi di Maidan Shar dan Mazar-e-Sharif, yang berjarak hanya 40 km di sebelah utara ibukota. Kedua kota tadi sampai hari ini masih dalam kontrol pihak pemerintah.
Sementara itu presiden Afganistan Ashraf Ghani mengumumkan tengah menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang dianggap sebagai sahabat baik di dalam maupun dari luar negeri.
Tak dijelaskan secara rinci komunikasi seperti apa yang tengah dirintis, yang pasti beberapa kedutaan besar dari negara-negara Eropa langsung menutup kantor mereka dan stafnya berkemas menghadapi situasi yang kian tidak menentu di Kabul.
Kedutaan Jerman bersiap mengevakuasi stafnya dan hanya meninggalkan beberapa orang saja “dalam batas minimum” kata menlunya Heiko Maas.
Kedutaan Finlandia tutup, personilnya segera meninggalkan Afganistan. Menurut Pekka Haavisto, menteri luar negeri Finlandia, 130 staf lokal (warga Afganistan) beserta keluarganya yang selama ini bekerja membantu kedutaan juga dibawa serta. Keselamatan jiwa mereka dalam bahaya bila Kabul sampai jatuh ke tangan Taliban.
Denmark dan Norwegia sepakat menutup kedutaan mereka hari ini dan staf kedutaan langsung mengungsi.
Kanada berusaha mengevakuasi 20.000 pengungsi Afganistan untuk diangkut dan dibawa ke Kanada. Para pengungsi yang diberi suaka diprioritaskan mereka yang keselamatannya dalam bahaya seperti pengacara yang banyak menangani kasus HAM, para pemimpin wanita Afganistan, wartawan dan para pemimpin agama yang kerap mengalami penganiayaan. Semua dievakuasi beserta keluarga masing-masing.
Semakin tak terkendali
Sekjen PBB Antonio Guterres meminta pada pihak Taliban untuk menghentikan serangan ofensifnya dan kembali ke meja perundingan. Guterres menyebut situasi Afganistan “semakin tak terkendali saat ini”.
250.000 lebih warga Afganistan kini telah meninggalkan rumah mereka begitu saja, lari menuju perbatasan negara. Namun perbatasan di utara kini semua dalam kontrol Taliban, sementara pintu perbatasan Chaman yang menuju Pakistan masih ditutup saat ini. Warga berjubel menunggu gerbang dibuka.
Situasi yang serba merepotkan bagi negara tetangga. Terus bertahan menutup pintu sama halnya membiarkan nyawa ribuan orang dalam bahaya, sementara membuka pintu pun juga runyam, ribuan pengungsi ini tentu segera membutuhkan tempat tinggal sementara, makanan minum dan MCK.
Inggris dan Amerika
Sementara itu Inggris menurunkan 600 pasukannya untuk mengawal evakuasi staf kedutaanya. Amerika telah menerbangakan 3.000 tentara juga untuk membantu evakuasi. Negara ini paling banyak memiliki personil kedutaan, pesawat khusus disediakan untuk membawa keluar semua personil. Ditargetkan mampu mengangkut 1.000 orang per-harinya.
Pihak Kedutaan telah menginstruksikan semua personilnya agar menghancurkan seluruh dokumen, peralatan, termasuk logo lembaga negara dan bendera yang bisa disalahgunakan pihak lain untuk kepentingan propaganda yang menyesatkan. (gun)
Sekilas sejarah Afganistan:
1925 – Afganistan masih berbentuk monarki
1965 – Partai Komunis Afganistan dibentuk
1975 – revolusi terjadi, monarki runtuh. Komunis mengambil alih. Konstitusi baru lebih sekular, condong ke sosialis, memiliki lembaga yang membela hak-hak perempuan. Pemerintahan ini didukung oleh Uni Sovyet.
1980 – Amerika mulai mendanai dan mensuplai senjata bagi kelompok bernama Mujahidin untuk memerangi pemerintah. Terdesak, pihak pemerintah meminta bantuan Uni Sovyet. 1990 an – dari tubuh Mujahidin muncul sempalan baru dan berperang untuk merebut kekuasaan, merekalah Taliban.