Kong Matalih, Saksi Sejarah Pertempuran Besar Sasak Kapuk

komandan tentara Inggris di Jakarta mengeluarkan maklumat agar seluruh pasukannya yang ditawan TKR tersebut dikembalikan ke Jakarta. Tetapi, pemuda Bekasi menolaknya. Bahkan, tiga hari kemudian, seluruh tahanan dieksekusi di belakang tangsi polisi Bekasi.

Marah atas peristiwa ini, tanggal 29 November 1945, Sekutu melakukan penyerangan serempak ke Kranji, Pondok Ungu juga Cakung.

Pasukan ini sangat kuat, ada tentara Punjab ke-1/16, Skuadron Kaveleri F.A.V.O ke-11, pasukan perintis ke-13, pasukan Resimen medan ke-37, detasemen kompi medan ke-69, dan dengan 50 truk, 5 meriam, serta beberapa mortir dan kanon.

KH. Noer Alie

Pertempuran pertama terjadi di Cakung, Jakarta Timur, yang mengakibatkan jatuh korban pada kedua belah pihak. Dari pihak Indonesia ada 13 orang.

Baru di Cakung saja pasukan Inggris sudah keteter. Sampai Bekasi pertahanan lebih sulit lagi ditembus.

Sekutu memilih mundur. Di luar dugaan sampai di Pondok Ungu, sekutu harus berhadapan dengan tentara rakyat, pimpinan KH Noer Alie yang dibantu oleh beberapa TKR Laut.

Awalnya tentara Inggris kewalahan, namun satu jam kemudian pertempuran berbalik arah. Ini karena persenjataan yang digunakan Inggris lebih lengkap, kuat dan modern.

Pasukan KH Noer Alie terdesak sampai ke jembatan Sasak Kapuk.

Di sekitar jembatan inilah Matalih dan Budi merasakan langsung bagaimana dahsyatnya pertempuran itu.

Menghadang tentara Inggris

Mat alih ingat, pagi-pagi sekali setelah subuh di tanggal 29 November 1945 itu semua anggota Laskar yang sudah beberapa bulan ini di bentuk dikumpulkan. Rencananya, mereka akan menghadang tentara Inggris.

Matalih yg saat itu berusia 14 tahun dan Budi ikut berbaris dengan rombongan Laskar, untuk mendengar perintah dari Guru mereka. Menjelang siang rombongan mulai berangkat ka arah luar kampung, menuju ke wilayah Sasak Kapuk.

Reka ulang pertempuran Sasak Kapuk.

Sertiap pasukan tanpa seragam ini berjalan melewati satu kampung, selalu saja ada warga yang ikut bergabung. Mereka ingin bertempur, hingga jumlah pasukan semakin bertambah banyak.

Senjata yang dipakai juga beraneka macam. Dari bambu runcing, golok, parang hingga ketapel.

Bersiaga!

Saat sampai di lokasi yang ditentukan, para komandan kompi membagi anak buahnya membuat pertahanan. Matalih dan Budi diantara ratusan pejuang yang  juga telah siap.

Walau hanya bersenjata bambu runcing dan golok tetapi semangat mereka bisa dianggap sebelah mata. Yang ada di kepala mereka bila melihat tentara Inggris harus dihajar secepat mungkin!

Semua pasukan bersemunyi dan menunggu.

Matahari makin tinggi, teriknya membakar. Matalih bercucuran keringat, namun musuh yang ditunggu belum datang juga.

Sampai satu jam kemudian terdengar aba-aba, “bersiap!” Semua siaga dan menunggu dengan jantung berdebar-debar.

Bombardir artileri!

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.