Kong Matalih, Saksi Sejarah Pertempuran Besar Sasak Kapuk

Lalu, dari sisi timur kawasan persawahan itu mulai terdengar tembakan dan ledakan! Entah dari pihak mana, Matalih masih ingat yang ia lihat beberapa ledakan keras terdengar di sekeliling badannya.

Matalih segera tiarap sampai kemudian ia mendengar perintah untuk mundur!

Segera Matalih mengangkat badannya. Pemuda asli Betawi itu kaget bukan main.  Ternyata di sekitar tempatnya bersembunyi banyak lubang menganga, besar-besar.

Warga yang tak pernah bertempur seperti Matalih jadi ketakutan, apalagi ia melihat banyak sekali tubuh manusia yang sudah tak bernyawa bergeletakan dimana-mana

Pertahanan agaknya telah jebol dibombardir meriam artileri!

Budi yang malang

Tiba tiba sebuah ledakan besar menghantam tak jauh dari Matalih berdiri. Guncangannya dahsyat dan ia terlempar beberapa meter jauhnya.

Pandangan mata gelap!

Namun rupanya nyawanya masih di lindungi, Matalih bangun, cepat-cepa-cepat ia bergerak mundur. Bambu runcing yang tadi dibawa tak ia hiraukan lagi.

Saat baru melangkah beberapa meter ia melihat muka Budi sahabatnya. Budi yang malang yang sudah tidak bernyawa. Matalih lalu membopong Budi di pundaknya.

Dengan susah payah Matalih membawa tubuh sahabatnya itu menyusuri kali menuju basis Barisan Pelopor Hisbullah di desa Ujungmalang ( sekarang pesantren At Taqwa)

Matalih meletakkan tubuh sahabatnya sembari mencari bantuan. Saat itulah ia sadar, tubuh Budi sahabatnya  hanya tersisa dari pinggang ke atas! Sementara bagian bawah entah hancur dimana.

Kena tembak

Saat sedang bersedih karena Budi gugur, tiba tiba terdengar teriakan:

“ Matalih, Matalih, itu lo kena..coba di liat dulu!“

Matalih menoleh, Guru Noer Alie rupanya yang berteriak.

“Kagak pak, ini darah si Budi. Dia saya bopong ke mari“ balas Matalih pada tokoh yang kelak menjadi pahlawan Nasional ini.

“Kagak ! …itu lo yang kena!”

Matalih baru terasa nyeri dibawah ketiaknya. Saat ia meraba ada lubang kecil menganga di sana. Darah segar mengalir deras. Ia tertembak.

Kong Matalih bersama Beny Rusmawan. Saksi sejarah ini meninggal tahun 2020 lalu.

Tiba tiba semua gelap! Matalih pingsan.

Saat bangun ternyata ia sudah ada di rumah sakit di kota Cikampek. Matalih dirawat hampir sebulan sebelum akhirnya kembali ke induk pasukan di Bekasi.

Penggalan kisah Matalih dalam pertempuran Sasak Kapuk 29 November 1945.

Tahun 2020, kong Matalih wafat dan di makamkan di depan halaman rumahnya di kampung Kebon Kelapa Kecamatan Tarumajaya Bekasi.

Beny Rusmawan,

editor: Gunawan Wibisono

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.