Kontribusi atau peran seseorangpun perlu kebersamaan. Sama-sama kontribusi. Demi lingkungan, semi negara.
Saat semua negara sedang berjuang di tengah pandemi corona, kesulitan juga menimpa banyak perusahaan.
Sebuah perusahaan akan melakukan pengurangan karyawan. Istilahnya downsizing. Dari 100 orang menjadi 10 orang. Siapa 10 orang yang dipertahankan itu ?
Karyawan biasa yang tak memiliki kepandaian yang diperlukan, yang rak memiliki kontribusi, akan menjadi kelompok pertama yang terpilih untuk dikeluarkan.
Yang dipertahankan hanya orang-orang yang memiliki peran dan sumbangan besar pada perusahaan. Para kontributor yang seide dengan perusahaan ini yang akan meneruskan perusahaan agar lebih sehat dan selamat.
Orang-orang yang memberi kontribusi biasanya orang yang sadar bahwa perusahaan atau negara membutuhkan kontribusi rakyatnya untuk kemajuan dan kejayaan sebuah negara.
Tahun 1948, Soekarno melakukan lawatan ke Aceh dan berharap rakyat Aceh bisa patungan membeli pesawat. Dengan suka cita mereka patungan.
Rakyat Aceh punya alasan kuat memberikan kontribusi mereka karena sudah kapok dengan Belanda. Mereka trauma karena selalu dipajaki per orang Rp 7,5. Kalau tidak menolak, dimasukkan ke penjara. Kontribusi rakyat Aceh mendorong semangat mengusir penjajah Belanda.
Hal yang sama, kini dilakukan rakyat Malaysia. Hutang Malayisa saat ini cukup tinggi, yakni satu triliun ringgit (Rp 3.482 triliun). Pemerintah kelabakan. Rakyat Malaysia lalu menggalang dana untuk patungan.
Dalam sehari, terkumpul 8 juta ringgit. Tidak penting kapan mereka bisa kumpulkan dana sumbangan. Kalau rakyat bergerak berkontribusi, tak ada yang tak mungkin.
Saat krisis keuangan Asia pada 1990, rakyat Korea Selatan juga berduyun-duyun menyumbangkan barang berharga termasuk cincin kawin, guna membantu perekonomian negara yang ambruk. Rakyat boleh miskin, tapi negara harus kuat dan kaya agar bisa menolong rakyatnya.
Bill Gates pernah membantu menyelamatkan Nigeria ketika tahun 2014, negara itu tak sanggup membayar hutang Rp 950 miliar pada Jepang untuk menanggulangi pemberantasan polio. Gates punya peran penting dalam kemajuan Nigeria.
Indonesia beruntung memiliki tim kabinet yang cukup handal. Pun begitu, cercaan, kecaman dan hinaan serta nyinyiran warga Indonesia sendiri terus dilakukan untuk menggoyang pemerintahan.
Lucunya, hal-hal sepele justru dibesar-besarkan. Termasuk Bipang Kalimantan. Orang-orang berpikir pendek dan melihat Indonesia dari tepi jurang pembangunan, memamg selalu bersuara untuk menunjukkan ketidaktahuan mereka di depan khalayak. Hanya sekedar untuk menunjukkan ketidaksukaannya pada pemerintah.
Rupanya ada orang-orang , sekelompok orang yang selama ini hidup di Indonesia hanya menunggu Presiden salah bicara, Kabinet tak becus dan kebijakan yang tak berkenan di pikiran mereka.
Hal-hal negatif menjadi perhatian mereka untuk menghina negaranya sendiri. Sebab mereka memang enggan berperan dalam kemajuan bernegara, kecuali pemimpinnya orang yang mereka sukai.
Mereka membisu karena mereka buta terhadap realitas. Mereka selalu nyinyir karena kebencian di luar nalar kewarasan.
Tertangkapnya ratusan teroris, dibekuknya pengebom gereja, keberhasilam pemerintah memperoleh vaksin lebih awal, pembubaran ormas radikal, dibangunnya sekian banyak jalan tol dan hal- hal positif lain, tak pernah mereka hiraukan. Tapi kecoak masuk sepatu presiden cukup membuat mereka bersatu ubtuk nyinyir bersama.
Rakyat tak cukup hanya bayar pajak sebagai bentuk peran serta dalam membangun negara. Tapi juga kontribusi dalam banyak hal agar bangsa dan negara ini kuat, aman dan sejahtera.
Jika dari 270 juta rakyat Indonesia ada 20% yang hidup dalam pikiran miring seperti itu, maka 54 juta orang itu pula yang sebetunya juga tak pantas diperhitungkan. Jumlah orang-orang seperti itu mungkin tetap dibiarkan di pinggir jurang.
Apa boleh buat….
10.05.21