Korona, Oh, Korona

Oleh Sukma Redjo

“Dibui pandemi,” itu istilah HT yang menyikapi, bahwa pandemi Korona yang lebih dari setahun itu telah membatasi, memasung, bahkan membui aktivitas kita.

Kenyataan itu tidak seluruhnya benar, tergantung yang menyikapi. Korona berdampak luar biasa itu benar, merontokkan ekonomi dunia, menebar kengerian, bahkan menelan jutaan korban meninggal sia-sia.

Korona adalah gaya hidup baru yang kudu diterima & disyukuri. Bukan untuk dihindari. Apalagi untuk disepelekan; sombongkan diri, ngeyelan, & dianggap sebagai flu biasa. Orang takut akan Allah, tapi tak takut Korona itu suloyo. Korona itu nyata, virus ciptaanNya yang mematikan, agar kita tak mencobaiNya.

Ketika Korona menjadi badai & memporak porandakan segi kehidupan, siapa yang disalahkan? Kesombongan & kengeyelan kita? Atau kita mencari kambing hitam?!

Illustrasi foto: Penumpang pesawat terbang menunggu pintu dibuka saat mendarat. (Seide / HW)

Nasi telah menjadi bubur. Tak perlu disesali. Tapi tak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Lebih baik kita mencari jalan ke luar. Jauhkan dari rasa saling menyalahkan; dengan bersatu untuk mencari solusi & menanggulangi bersama.

Disukai atau tidak & mau tidak mau, kita diajak hidup berdampingan dengan Korona. Kita sama-sama ciptaanNya. Allah punya rencana & selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Coba kita berpikir positif. Hikmah Korona mengajak kita hidup bersih; sehat lahir batin. Cuci tangan, & sepulang kerja terus mandi agar tubuh kita besih & segar.

Dengan pembatasan di tempat ibadah ajak kita untuk sementara memindahkannya ke rumah. Tujuannya agar kita semakin mendekatkan diri kepada Allah. Hubungan antar anggota keluarga juga semakin dekat & akrab.

Di sisi lain, dilarang mudik & diterapkan ppkm, ajak kita bersilaturahmi murah meriah gunakan teknologi yang dapat dilakukan setiap waktu. Jangan bilang silaturahmi tak afdol tanpa tatap muka & jabat tangan!
Yang penting, kita tidak lupa kirim uang kangennya.

Lebih daripada itu, hikmat Korona ajari kita untuk membangun rasa peduli, empati, & berbagi pada sesama terutama terdampak Korona & sakit. Kita juga diajak lebih kompak untuk saling menjaga, mengingatkan, menguatkan, & saling mendukung satu dengan yang lain.

Jauhi rasa saling menyalahkan untuk menjatuhkan yang lain, sok berjiwa pahlawan, & sebarkan hoax kebencian. Dan seterusnya.

Sebagai sesama anak bangsa, semestinya kita bersatu padu untuk membangun negeri, demi Indonesia Jaya.
Merdeka!

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang