Pribadi yang berserah ikhlas pada Allah, itu membahagiakan jiwa. Penyerahan diri yang tak bertepi. Dengan taat dan setia pada kehendak-Nya, kita pahami, bahwa hidup ini sumber sukacita.
Ikhlas itu laksana kita menghirup udara bebas. Nafas orang beriman dan percaya akan kemurahan hati Allah. IA mengasihi umat-Nya, dan kita sungguh sangat berharga agar kita tidak menyia-nyiakan hidup ini.
Rasakan tangan ajaib Allah, ketika kita sungguh berani hidup ikhlas seikhlasnya pada kehendak-Nya. Kita berhitung dengan matematika, tapi pemberian Allah tidak menggunakan logika.
Ketika kita berani memasrahkan diri sepenuh hati pada Allah, jangan kaget, jika IA anugerahi kita laksana mimpi.
Rasakan jamahan tangan ajaib Allah yang terus terjadi, selalu berulang, bahkan kendati kita tidak meminta.
Belas kasih Allah sungguh nyata, ketika kita berani membuka hati untuk dibentuk-Nya. Karena anugerah kasih-Nya sepanjang hari dan sepanjang hidup ini agar kita kembali kepada-Nya.
Kasih Allah sungguh saya rasakan dalam setiap hembusan nafas dan peristiwa agar hidup ini makin berwarna dan bermakna. Dengan selalu bersyukur, hati saya diteguhkan untuk melihat hikmat-Nya.
Penyertaan Allah dalam setiap peristiwa itu meneguhkan iman saya agar makin percaya, bahwa IA sangat mengasihi umat-Nya.
Saya sungguh merasakan dahsyat kuasa Allah, ketika pagi itu istri saya ditelepon oleh anak sulung, EB.
Dengan suara bergetar, tapi jelas EB mengabarkan pada Ibunya, bahwa AK mengalami kecelakaan mobil pecah ban di jalan tol dekat Krawang Timur. Semua penumpang tidak terluka, dan selamat.
Saya diam, mengucap syukur, tapi hati saya terluka. Awalnya, AK minta izin pada saya untuk touring motor ke Sukabumi, kenyataannya pergi bermobil bersama keluarga pacarnya.
Sepulang dari luar kota, kami dijemput AK di Bandara. Dihantui rasa bersalah, AK minta maaf pada kami, karena telah berbohong.
“Le, orang jujur itu hidupnya tanpa beban dan tentram,” kata saya sambil mengusap kepala AK.
Dalam kecelakaan mobil AK yang ban pecah itu, saya merasakan keajaiban kuasa Allah. AK diajak keluarga pacarnya, bertujuh pergi ke Ciater dengan menyewa mobil. Dan AK yang menyopir.
Ban mobil depan sebelah kiri pecah, sehingga mobil berguling beberapa kali. Mobil itu ringsek, kacanya pecah berantakan. Beberapa orang terluka ringan kena pecahan kaca,
tapi semua penumpangnya selamat.
“Ingat mas EB, Le, tempo hari ia kecelakaan motor, juga karena tidak jujur,” kata saya mengingatkan peristiwa EB yang pergi tanpa izin. EB terlontar dari motor hingga puluhan meter dan helmnya pecah. EB selamat, tapi dengkulnya harus diobras hingga 42 jahitan.
Saya tidak pernah lelah untuk mengingatkan anak-anak dengan hal yang baik dan positif. Sebagaimana Allah selalu sertai dan dampingi umat-Nya, saya juga akan sertai dan dampingi anak-anak. Karena mereka adalah tanggung jawab kita sebagai orangtuanya.
Foto : Gerd Altmann/Pixabay