Nasi Kuning siap dikirim ke pemesan. (dok Santoso)
Kota Madiun memang identik dengan Kota Pecel. Hampir setiap jalan ada penjual nasi pecel. Namun demikian bukan berarti tak ada kuliner lain yang cukup legend dan dikenal masyarakat. Salah satunya Nasi Kuning dan Nasi Uduk Uti Bondhet.
Setiap hari, Uti Bondhet nama aslinya Herry Siswati, atau yang juga dikenal sebagai Bu Santoso ini berjualan di rumahnya di Perumahan Kartoharjo Indah. Hanya khusus Minggu pagi buka lapak di Jalan Taman Praja, depan kampus STIKES.
Sepanjang jalan itu, di utara hingga selatan, setiap minggu untuk Pasar Rakyat. Kebanyakan para pelapak itu pindahan dari Car Free Day Jalan Pahlawan, setelah jalan di tengah kota itu diubah menjadi Pahlawan Street Center. Pelapak di situ pun dipindah ke Banaran Kali Madiun.
‘’Saya sebenarnya juga dapat tempat di Bantaran, tapi lokasinya sangat panas, jadi gak saya pakai,’’ kata Bu Santoso. “Kebetulan suami aktif di sosial media, hingga hampir setiap saya bisa berpromosi. Dengan demikian pelanggan di car free day pun banyak yang mencari di Bunderan.”
Ditambah pelanggan baru di Bunderan Taman, membuat Nasi Kuning dan Nasi Uduk Uti Bondhet semakin laris manis. Buka jam 07.00 pagi, jam 08.00 biasanya sudah habis. Paling lama jam 09.00. Padahal di jalur itu, di bagian utara maupun selatan lapaknya, juga ada penjual nasi kuning serupa. ‘’Hingga jam 10.00 kami sudah bisa istirahat di rumah,’’ katanya.
Selalu Fresh
Rahasia laris manisnya, bukan karea mbah dukun. Tapi keyakinan diri dan menyajikan masakan dengan bumbu-bumbu tradisional alami dan fresh. Artinya, masakan Uti selalu baru. Biarpun sebenarnya yang namanya kering tempe itu bisa dimasak banyak untuk beberapa hari, namun dia tidak mau. Jadi baru masak menjelang jualan.
Dicium Aromanya
Pelanggan kalangan Tionghoa, biasanya sebelum menjadi pelanggan, minta sedikit nasi kuningnya untuk dicium aromanya. Mereka hapal, bahwa bumbu nasi kuning itu benar-benar asli rempah alami dari aromanya. “
Bahkan meski lauknya habis, mereka mau membeli nasinya saja. ‘Kata mereka, makan nasinya saja sudah gurih,’’ ungkapnya. Malah ada katering lain, kalau dapat pesanan nasi kuning, maka nasinya pesan ke Uti.”
“Karena nasinya banyak yang cocok Bu,’’ kata pelanggan katering yang juga Tionghoa.
Setiap pagi Uti juga jualan di rumah. Biasanya jam 05.00 buka jam 06.00 sudah habis. Selain itu juga menerima pesanan untuk berbagai acara. Sekarang ini malah banyak yang pesan untuk Jum’at Berkah dibagikan kepada masyarakat di jalanan.
Berapa harganya?? Sesuai budget pemesan. Untuk Jumat Berkah mulai dari harga Rp. 5.000, sama seperti jualan di rumah. Sedang khusus hari minggu di Bunderan, satu porsi dihargai Rp 7.500 karena ada penambahan lauk. Seperti ayam suwir dan kerupuk udang.
Untuk kotakan, mulai dari 10.000 sampai Rp 25.000. Karena selain lauknya beda, ada ayam gorengnya, juga kemasannya beda. Misalnya ada yang minta kemasan karakter yang tentu harganya lebih mahal. Bahkan sekarang ini setiap hari ada bakul keliling yang minta untuk dijual kembali.* (SamSan)