Berbeda dengan gulai pada umumnya, mangut biasanya menggunakan ikan asap atau bahan pangan lain yang terlebih dulu digoreng sebelum dimangut. foto Heryus Saputro.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
BILA kita berkendaraan pribadi menyusuri kawasan pantura (pantai utara) Jawa Tengah, semisal Semarang dan sekitarnya, kita bisa dengan mudah menemukan tempat-tempat beristirahat berhalaman parkir luas, yakni resto-resto yang antara lain menyajikan kuliner tradisional berupa lauk berkuah mirip gulai dengan bumbu-bumbu rempah pedas bersantan, yang populer disebut mangut;
Mangut merupakan kuliner tradisional khas Jawa warisan masa lampau, yang (paling tidak) tercatat dalam buku Serat Centhini karya RMA Sumahatmaka (juru tulis istana Mangku Negara VII/VIII) yang digubah pada 1742 tahun Jawa (1814 Masehi) atas perintah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (putra Paku Buwono IV) di Surakarta yang kemudian bertahta sebagai Paku Buwono V.
Selanjutnya, Berkuah santan, berbumbu rempah rempah