Kuliner Nusantara: Apang Panas di Kakilima Indonesia

Apang panas gula aren –Selain dikenal masyarakat India dengan nama appam, kue apem juga dikenal nyaris di tiap daerah budaya di Nusantara. Foto Restiawati Niskala

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

NYARIS selalu hadir dan dihidangkan pada upacara-upacara adat di Sulawesi Selatan, makanan khas Bugis-Makassar ini seperti sedang menyerbu banyak kota Indonesia.

Di awal merebaknya pandemi Covid-19 saya sudah melihat gerainya di beberapa kalilima Jakarta. Juga di Kota Jambi, dan Pekanbaru – Riau. Siapa kira kemarin, penjual Apang Panas muncul di Pamulang. Tangsel, Banten, hi…hi…hi…!

Apang tak lain adalah apam, atau apem kata anak Betawi, makanan dari tepung beras yang dicampur telur, santan, gula dan tapai serta sedikit garam, didiamkan semalam agar mengembang, Adonan dituang ke dalam berbagai model cetakan, lantas dipanggang atau dikukus, menghasilkan ragam bentuk ukuran apam khas daerah budaya masing-masing.

Apang Panas enak dinikmati dengan urap kelapa – Foto Restiawati Niskala

Menurut legenda di Jawa, kue ini diperkenalkan Ki Ageng Gribig (keturunan Prabu Brawijaya) sepulang dari perjalanannya ke tanah suci Mekah, dan membawa oleh-oleh 3 buah apem. Karena terlalu sedikit, kue apem ini dibuat ulang oleh istrinya, lalu dibagikan ke penduduk yang berebutan mendapatkannya, Ki Ageng Gribig meneriakkan kata yaqowiyu yang artinya Tuhan berilah kekuatan.

Makanan ini lantas dikenal masyarakat sebagai kue apem, saduran bahasa arab affan yang bermakna ampunan. Tujuannya adalah agar masyarakat juga terdorong selalu memohon ampunan kepada Sang Pencipta.

Lambat laun kebiasaan membagi-bagikan kue apem ini berlanjut pada acara-acara selamatan menjelang Ramadhan, yang dikenal sebagai apem Grebeg Maulud.

Apang Panas khas Bugis-Makassar, kini ada di ibukota Foto : Restiawati Niskala

Selain dikenal masyarakat India dengan nama appam, apam atau apem juga dikenal nyaris di tiap daerah budaya di Nusantara. Kue ini nyaris selalu hadir sebagai bagian dari sajian buat para hadirin, pada acara-acara tradisi Bugis-Makassar, yang masyarakat biasa menyebutnya Apang atau Apang Panas, karena enak dinikmati saat-saat masih panas, sesaat lue diangkat dari panci pengukusnya.

Bagaimana Apang Panas Bugis-Makassar bisa ‘mendadak’ muncul di gerai-gerai dan gerobak di kakilima banyak kota di Indonesia? Siapa pencetus dan pengusaha awalnya? Kapan-kapanlah kita bicara soal itu. Yang pasti Apang Panas rasa gula merah dan taburan urap kelapa, cuma Rp 4000 setakup (terdiri dari dua potongan segitiga). Enak dinikmati sambil ngopi sore-sore. ***

19/01/2022 PK 17:46 WIB.

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.