Terbit liurku melihat kolak
Dijual orang di tepi jalan
Untung teringat nasihat emak
Di situ aku dilarang makan
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
BAGI Anda yang pernah duduk di bangku Kelas I Sekolah Rakjat (kini Sekolah Dasar) di paruh awal periode tahun 1960-an, pasti ingat bait pantun nasihat di atas, yang sekaligus juga kerap dinyanyikan (murid terpilih) di depan kelas, saat tiba pelajaran Bahasa Indonesia dan Ibu Guru ataupun Engku (Bapak) Guru meminta seisi kelas untuk membuka buku pelajaran Bahasaku 1A karya B.M. Nur dkk.
Ya, di halaman awal buku pelajaran dasar Bahasa Indonesia itulah pantun nasihat itu tercantum, disertai ilustrasi gambar (hitam-putih) tentang sudut sebuah pasar yang ramai, dimana terdapat kedai penjual kolak, yang pancinya terbuka dan banyak lalat di sekitarnya. Saat itu, Indonesia memang masih dihantui oleh endemi penyakit TCD (Thypus, Colera dan Disentri).
Pantun nasihat di atas amat sangat jelas pesannya. Yakni ihwal Kolak, jajanan tradisional yang (bila pagi) banyak dijual orang dimana-mana, dan selalu mampu menerbitkan liur siapapun yang melihatnya. Namun saat kolak dijual di tempat terbuka dan tidak mempertimbangkan clean liness ataupun hygiene, maka nasihat Emak akan ancaman bahaya penyakit kolera, memang perlu kita pertimbangkan.
Solusinya? “Minta Emak bikin Kolak sendiri di rumah. Lebih sehat, lebih murah dan bisa dimakan sekeluarga,” begitu ucap Bu Aisiyah, guru Bahasa saya dulu di SR. Ucapan yang terngiang kembali saat pagi tadi, pukul 07:50 WIB, Widiarti Kamil atau Ati, Editor Portal Berita seide.id mem-posting foto sambil bilang: “…masak dulu, ya, kolak pisang tanduk Sukabumi oleh-oleh teman dan kolang kaling.”
Ati tidak omdo alias omong doang…, sebab selang 39 menit kemudian, pesisnya PK 08:29 WIB dia kembali mem-posting selembar gambar sewadah Kolak Pisang Kolang-Kaling yang sungguh memancing “terbit liurku melihat kolak”. Kolak kepul-kepul dengan kuah santan yang pastinya bercitarasa gurih dan manis tersebab gula jawa atau gula merah, plus harum pandanwangi, jahe dan cengkeh.
Bagaimana cara membuat kolak? Saya pikir, Ati pun tak ingin ngajarin bebek berenang. Beragam resep, tinggal di-‘klik’ di medsos, atau tanya pada Mak Wejang, sohib fantasi saya. Yang pasti, mengolah masakan itu, apa pun masakannya, tak ubahnya seorang pencinta alam yang coba menemukan sesuatu di akhir langkah: rasa bahagia menikmati masakan sendiri, walau cuma Kolak. Boleh dicoba…! ***
23/10/2021 PK 13:29 WIB