Kuliner Nusantara : Sega Jamblang Khas Cirebon

Kuliner Nusantara - Sega Jamblang Cirebon02

Nasi bungkus daun jati yang kini jadi trade mark atau ciri khas sajian warung-warung nasi Sega Jamblang yang bertebaran di sekujur Kota Cirebon menjadi sajian khas di Kota Pelabuhan ini – foto Heryus Saputro Samhudi.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

“…Aja lali mampir nang warung’e Mang Dul, cedhak Talang Aer kota. Soal’e, wongiku durung bisa dibilang nyampe nang Cerbon mung durung mangan Sega Jamblang,”(Jangan lupa mampir ke warungnya Mang Dul dekat Talang Air kota. Soalnya, siapa pun dia belum bisa dibilang sampai ke Cirebon sebelum menikmati sega jamblang) ungkap Embie C Noer, saat saya posting foto posisi saya subuh itu.

Komposer musik film dan teater serta peraih Piala Citra 1982 itu memang bukan sekadar bergurau ‘mengikuti’ perjalanan saya melintasi kota kelahirannya itu. Tapi memang, bila kita melintasi Gerage (sebutan tradisional buat Kota Cirebon), apalagi di Subuh hari saat dimana waktunya perut diisi, yang terbaik adalah mampir sejenak, menikmati sega jamblang sebagaimana saran Embie, hi…hi…hi…!

Sega Jamblang tak lain adalah Nasi Jamblang dalam Bahasa Indonesia, satu dari sekian kuliner khas Cerbon atau Cirebon yang dalam literasi lama juga dikenal sebagai Kota Gerage (dari kata Garasi). Dan jangan salah, walau diimbuhi kata ‘jamblang’, tapi sajian ini sama sekali tak punya kaitan dengan buah jamblang atau duwet (Egugenia cumini Merr.) yang kerap dimanfaatkan sebagai obat antimalaria;

JAMBLANG tak lain adalah nama sebuah desa sekaligus kecamatan di sebelah barat Kabupaten Cirebon, tempat asal para pedagang nasi yang karenanya lantas  populer sebagai Nasi Jamblang. “Ini kuliner bersejarah, Bro. Sudah ada sejak Jalan Raya Pos Daendels dibangun tahun 1808 – 1809,” begitu sekali waktu ungkap sineas kondang Indonesia, almarhum Arifin C Noer, abang kandung Embie.

Jujur, gegara nulis biografi Mas Arifin buat femina sekian puluh tahun silam, saya jadi akrab dengan sega jamblang, yang seperti kata penulis Pramudya Ananta Toer, makanannya para koeli priboemi di Kampung Jamblang di Cerbon yang berkeringat membangun mega proyek (terasa manfaatnya hingga kini) jalan raya lintas Jawa antara Anyer – Batavia – Buitenzorg – Bandung – Cerbon hingga Panarukan di timur Jawa.

Hal yang khas dari kuliner ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Boleh diteliti lagi secara ilmiah, bahwa ternyata nasi yang dibungkus daun jati itu awet, tak mudah bas i – foto Heryus Saputro

Warga kampung Jamblang pula yang menyiapkan nasi bungkus daun jati plus tempe dan tahu goreng, sambel terasi dan lauk-pauk murahan lainnya, untuk bekal para gerilya-pejuang yang hendak berangkat perang melawan kolonial Belanda. Nasi bungkus daun jati yang kini jadi trade mark atau ciri khas sajian warung-warung nasi Sega Jamblang yang bertebaran di sekujur Kota Cirebon.

Mang Dul yang disebut Embie memang sosok pertama yang diyakini masyarakat Cirebon sebagai penjual Sega Jamblang. Dari sekadar jualan secara angkingan di pinggir jalan delat Talang Air, hingga buka warung di pinggir sebuah jalan protocol yang mudah ditunjukkan para penarik becak bagi siapapun yang ingin mampir. Dan keluarga Mang Dul kini tak sendiri. Puluhan warung Sega Jamblang kini bertebaran di sekujur Cirebon. Sama diserbu pembeli, sama enaknya…

Sega Jamblang pada dasarnya sajian nasi bungkus yang dinikmati dengan lauk-lauk, disajikan prasmanan, Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Boleh diteliti lagi secara ilmiah, bahwa ternyata nasi yang dibungkus daun jati itu awet, tak mudah basi. Karena itu, dengan lauk-pauk kering yang diungkus terpisah, Sega Jamblang biasa jadi bekal orang bepergian

Menu yang biasa tersedia antara lain sambal goreng, tahu sayur, paru-paru (pusu), semur ati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe. Namun ada satu menu yang menjadi ikon Sega Jamblang adalah balakutak hideung, alias cumi-cumi atau sotong berkuah kental yang dimasak bersama dengan tintanya hingga berwarna hitam seperti rawon.

Anda ingin icip-icip Sega Jamblang? Sila datang ke warung-waruing yang direferensekan para penarik becak ke Anda. Atau ingin nostalgia ke masa lalu? Sila singgah ke Sega Jamblang Mang Dul di tengah kota, yaitu di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 8, Pekiringan, Cirebon, tepatnya di sebelah kiri lampu merah, dekat Grage Mall Cirebon.  

Bukan begitu, Kang Embie? ***

11/09/2021 PK 07:09 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.