Kuliner Nusantara: Sop Ikan Bandeng Lanang

Heryus Saputro - Bandeng hasil pancingan

Ikan Payus (Sillago sihama) juga disebut ikan burjun, bojor, peren, seperen, wariyung, kacangan dan ubi jurjun. Payus sendiri dalam Bahasa Sunda berarti ‘pucat lesi”. Cocok dengan sisik kulitnya yang memang pucat lesi. Payus juga dikenal sebagai predator anak bandeng. Foto Heryus Saputro.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Mendarat di Bandara Sultan Muhammad Salahuddin di Kota Bima, dan bergerak menuju Kabupaten Dompu yang sama terdapat di Pulau Sumbawa – Nusa Tenggara Barat, sore itu saya segera disuguhi pemandangan alam berupa amparan tambak-tambak ikan bandeng (Chanos chanos) milik warga, yang memang merupakan satu komoditas pertanian andalan kota dan kabupaten tersebut.

Yang mengherankan, di galengan-galengan tambak yang membentuk siluet garis-garis memanjang, dan di antara gubuk-gubuk penjaga tambak, tampak ada banyak masyarakat sekitar yang asyik memancing dengan joran panjang. Lho, kok tambang bandeng dipancingi, dan para penjaga tambak tak melarang datang siapa pun yang datang? Apa nggak habis bandeng yang sengaja ditanam di tambak?

“Ikan bandeng tak pernah nyangkut di mata pancing,” ucap seorang pemilik tambak. Bandeng pemakan klekap, yang tumbuh di pelataran kolam. Bila sudah terlepas dari permukaan tanah, klekap biasa disebut tahi air. Klekap yang disukai bandeng adalah lumut dasar (Cyanophyceae) dan pucuk tanaman ganggang (Nanas dan Ruppia) yang mengandung plankton (Chlorophyceae, Zooplankton, dan Fitoplankton).

Lalu, “Ikan apa dong, itu?” tanya saya heran, seraya menghampiri seorang pemancing yang berhasil mengangkat seekor ikan yang amat sangat mirip ikan bandeng. “Iya betul, Bapak. Ini bandeng juga. Tapi bukan sebagaimana bandeng yang ditanam di tambak. Ini ikan liar, pendatang, hama bagi bandeng dan udang yang ditanam. Disini dipanggil bandeng lanang, bandeng laki atau payus.”

Selain sebagai bandeng lanang atau bandeng laki, payus (Sillago sihama) juga disebut ikan burjun, bojor, peren, seperen, wariyung, kacangan dan ubi jurjun. Payus sendiri dalam Bahasa Sunda berarti ‘pucat lesi”. Cocok dengan sisik kulitnya yang memang pucat lesi, beda dengan sisik bandeng yang berkilau bagai susu hingga Thomas Stamford Raffles mencatatnya di buku Story of Java sebagai Milk Fish.

Selanjutnya : Sup Ikan Payus lebih mahal dibanding Sup Bandeng

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.