Kumpulan Esai Puisi dari AJW, Sahabat Saya yang ‘Gila’

LIHAT saja di rumahnya. Ribuan kliping koran dan majalah tentang musik maupun sastra berserakan di mana-mana. Demikian juga beragam kaset, CD atau piringan hitam dari berbagai genre musik, dari berbagai zaman ke zaman. Lengkap.

Tapi, bisa juga dia tiba-tiba liputannya jauh dari dunia hiburan. Suatu saat dia ada di kamar mayat atau kantor polisi untuk melaporkan peristiwa kriminal. Dia juga amat paham beragam masalah metropolitan dan tahu seluk-beluk jalan tikus di Jakarta. Sebelum ada Google Maps, dia bisa dijadikan semacam kompas untuk menelusuri jalanan Ibukota atau sekadar untuk menikmati aneka kuliner.

Satu lagi, dia juga tahu daerah ‘lampu merah’ yang ada di seputar Jakarta. Saya tidak tahu, apakah dia hanya tahu daerah lampu merah atau pernah merasakannya. Soal itu, hanya Arief yang tahu. Tokh banyak juga pengamat bola yang tidak pandai bermain bola atau pengamat politik yang tidak pernah terjun ke politik.

Itulah alasan mengapa saya menyebutnya gila. Dia meliput beragam bidang tapi dia menguasai semuanya. Beda dengan saya, semacam wartawan borongan juga tapi kemampuannya hanya serba-serbi. Serba sedikit tentang ini, serba sedikit pula tentang itu.

Sahabat saya ini juga layak disebut gila karena, walaupun berbagai kliping berserakan di rak, lemari, dan di lantai, tapi dia dengan mudah bisa memanfaatkannya jika suatu saat dia mau menulis sesuatu. Dia masih menyimpan koran tahun 1960-an, 1970-an, dan bisa jadi punya yang lebih tua, yang warnanya sudah kuning luntur kecoklatan tapi bernilai karena bisa jadi sumber penulisan buku. Saya juga pernah menyimpan kliping di rumah. Tapi karena pusing menyusunnya di rumah yang sempit, akhirnya kliping tersebut saya buang, kecuali sebagian kecil yang berisi tulisan pribadi.

Ada lagi kegilaannya yang lain. Dia ingat sejumlah orang yang pernah coba-coba belajar jadi penyair dan satu-dua karyanya pernah nongol di koran. Suatu saat dia posting di Facebook puisi saya yang pernah dimuat di Suara Karya awal tahun 1980-an yang berjudul Dengan Sajak. Lalu ada teman cerita dia pernah ditunjukkan karyanya saat puisinya muncul di majalah HAI tahun 1983. Begitu juga sejumlah teman lain. Rata-rata mereka kaget karena mereka sendiri tidak menyimpan arsipnya.

Selanjutnya, sangat detail

Avatar photo

About Syah Sabur

Penulis, Editor, Penulis Terbaik Halaman 1 Suara Pembaruan (1997), Penulis Terbaik Lomba Kritik Film Jakart media Syndication (1995), Penulis berbagai Buku dan Biografi