DALAM buku ini, pria lulusan STP (Sekolah Tinggi Publisistik) ini juga memberi tempat khusus bagi penyair Wahyu Prasetya, seorang bintang Penyair Forum Puisi Indonesia 1987 yang terlupakan (hal 186-192). Wahyu wafat pada 14 Februari 2018, dua bulan sebelum peluncuran buku puisinya yang berjudul Literatur Suara dari Hutan Jenar, yang ditulisnya bersama penyair Irawan Sandhya Wiraatmaja.
Arief menyayangkan, nama penyair kelahiran Malang ini tak tercatat dalam buku Apa Siapa Penyair Indonesia yang diluncurkan pada Hari Puisi Indonesia, Oktober 2017. Padahal, menurut Arief, Wahyu memiliki kemampuan yang sangat baik sebagai penyair dan hampir tak pernah berhenti bersajak. Selain itu, buku puisinya 02.30 Abstraction (1996) terbit di Srobonne, Prancis. Sedangkan buku lainnya, Merely A Dagger (1996) terbit di Idaho, Amerika Serikat.
Bukan hanya itu, Wahyu juga sempat menjuarai lomba penulisan puisi di majalah Zaman. Sejak itu pula, puisi-puisi Wahyu kerap mengisi berbagai media di Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Jakarta, termasuk majalah sastra yang menjadi kiblat sastrawan di masanya, Horison. Dengan catatan gemilang seperti itulah, Waktu menjadi salah satu penyair yang diundang dalam Forum Penyair Indonesia 1987, bersama penyair muda terkenal pada masa itu, seperti Acep Zamzam Noor, Djamal D. Rahman, Soni Farid Maulana, Gus TF, Isbedy Setiawan, Remmy Novaris DM, dan Arief Joko Wicaksono.
Selanjutnya, koran lokal