OLEH : ERIZELI JELY BANDARO
Pada satu kesempatan di Bangkok. Saya bertemu dengan aktifis anti korupsi Thailand. Yuni atur pertemuan itu. Karena dia tahu kami punya bisnis di Thailand. Tentu mereka berharap dapat donasi. Yang menarik adalah mereka tidak agitasi kepada pemerintah. Tidak masuk ke ranah politik. Mengapa ?
“ Politik itu urusan partai. Kekuasaan itu hak raja. Namun penguasa tetaplah Tuhan. “ Kata mereka.
“ Jadi konkritnya apa yang akan kalian lakukan?tanya saya.
“ Kami butuh contoh program binaan bagaimana sistem IT bisa diterapkan untuk subsidi pertanian dan distribusi hasil pertanian. Kalau satu wilayah bisa kami buktikan sukses menekan tingkat kebocoran anggaran subsidi dan distribusi. Kami yakin akan menjadi contoh untuk program nasional. “
“ Kalau pemerintah tidak setuju itu jadi program nasional?
“ Rakyat akan bergerak sendiri. Karena mereka sudah merasakan manfaaatnya. Kekuatan politik lokal juga akan bergerak. itu akan jadi gelombang perubahan dengan cepat, yang tidak mungkin pusat halangi. “
Benarlah. Dua tahun kemudian, program itu berhasil. Pemerintah Thailand jadikan itu sebagai platform. Kini subsidi pertanian dan distribusi telah menerapkan IT system dan menjadi yang terbaik di ASEAN. Terjadi efisiensi luar biasa dan peningkatan produksi. Berhasil menjadi jaring pengaman nasional disaat krisis global melanda.
Di China di wilayah Hangzou ( Zhejiang) ketika era Mao, mereka tidak mendapatkan anggaran dari pusat. Karena wilayah Zhejiang dijadikan pusat pertahanan Militer China menghadapi Taiwan. Namun kekuatan lokal yang dimotori oleh para anak muda lulusan universitas, mengkoordinir budaya arisan menjadi kekuatan sumber daya keuangan rakyat untuk mandiri. Mereka cerdas. Dari sumber daya keuangan lokal itu kekuatan koperasi digalang secara diam diam tanpa sepengetahun pemerintah Pusat. Caranya? mereka titip uang kepada BUMN lokal. Mereka juga titip hasil produksi kepada BUMN lokal.
Dengan demikian mereka bisa bebas menggunakan uangnya dan memasarkan hasil produksinya ke seluruh China, termasuk Hong Kong. Dari kemudahan dana dan distribusi, semangat inovasi dan kreatifitas bangkit diseluruh Zhejiang. Apa hasilnya? Ketika Mao jatuh dan Deng mereformasi China, Zhejiang dijadikan model percontohan bagi seluruh provinsi bagaimana mengelola wilayah agar mandiri. Kini salah satu kota di Shejiang, Hangzou ( tempat lahirnya Alibaba) menjadi kota paling mandiri di China. Bahkan PAD Hangzou bisa memberikan bantuan kepada kota lain.
Yang menyedihkan di negeri ini. Semua mereka yang merasa idealis pembela kebenaran, selalu punya prinsip “ ganti rezim, baru benar.”. Tak ubahnya dengan pegiat khilafah “ ganti sistem, baru benar. Khilafah solusinya”. Koalisi anti Korupsi atau para pegiat anti korupsi yang punya NGO dan mungkin NGO-nya dapat anggaran untuk kegiatannya, lebih memilih perang opini bernuansa politik. Padahal kapasitas mereka sangat terbatas. Seharusnya mereka yang umumnya terpelajar itu bisa cerdas. Setidaknya bisa ukur diri dan tahu diri. Tirulah pegiat di negara lain yang sukses membuat perubahan.
Zaman sudah berubah. Semua serba terbuka. Demokrasi hidup dan efektif menjadi sarana perubahan.Buatlah program kecil yang mampu dikerjakan agar terjadi perubahan. Memang sulit tetapi dengan pendidikan dan akses politik, itu sangat berarti bagi rakyat yang dibina. Menjadi mentor rakyat secara langsung lebih efektif daripada ribut engga jelas. Yang lucunya para pegiat anti korupsi adalah pendukung Anies, yang justru secara kasat mata korupsi tak terjangkau oleh kekuatan apapun. Jadi jangan marah kalau kaum cebong dan ahoker tertawakan kalian.