Penulis Jlitheng
Ada pepatah Jawa: nulung malah kepenthung. Artinya, menolong yang susah malah dapat masalah.
Sharing rekan pengojek pada pertemuan APP: “Seperti yang kualami ketika hujan deras di malam hari. Otewe home dari ngojek hari itu. Karena tidak membawa jas hujan maka saya berteduh di depan sebuah toko. Saat itu ada juga dua anak yang berteduh, habis mengamen di perempatan jalan.
Kala hujan mulai reda dan saya akan meninggalkan tempat berteduh, dua anak ini minta bonceng. Karena satu arah perjalanan dan merasa kasihan maka keduanya saya bonceng.
Belum jauh motor melaju ada petugas tramtib memintaku minggir. Begitu berhenti dua bocah yang kubonceng langsung turun dan kabur masuk kampung.
Petugas tramtib yang kaget lantas menginterogasiku, mengira kedua anak itu anak-anak asuhku yang kusuruh ngamen. Ya ampun… iki sing jenenge nulung malah kepenthung.
Syukurlah ada pedagang ronde K5 yang tahu tempat tinggal dua anak tadi dan memang suka mengamen di perempatan jalan.
Walaupun demikian, seperti tak peduli, petugas tamtrib meneruskan pesannya agar tak lagi membonceng bocah pengamen. Sebab, membuat mereka malas belajar dan suka mengamen.
Saat saya ditanya petugas, banyak orang menonton dan ada yang berbisik, “Dia Itu pasti pengasuh dua bocah pengamen tadi.”
Ya sudah. Lain waktu saya akan lebih hati-hati. Tetapi menolong sesama tak boleh berhenti. Sebab Guru Agung yang kuikuti juga berbuat demikian. Wah… mirip kisah Dr Terawan yang lagi marak dalam dua hari terakhir ini.
Piye… lanjut menjadi orang baik atau minggir…?
Salam sehat dan tetap berbagi cahaya walau tak selalu menyenangkan.