Foto : Jordan Opel / Unsplash
Penulis : Jliteng
Jangan buang sampah sembarangan, adalah slogan lama yang belum tentu kita laksanakan. Banyak orang yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya.
Pemandangan setiap pagi yang saya lihat, deretan kantong kresek berisi sampah mengular di jalanan, berjajar begitu panjang, gambaran mereka yang mengganggap, bahwa “berrrr…, lempar kresek dari atas motor… toh ada petugas yang akan membersihkan sampah yang kita buang.”
Tak terlalu jauh dari deretan sampah itu, ada gunungan sampah yang menutup pintu pekarangan. Berbagai upaya melarang buang sampah telah dilakukan, semuanya gagal.
Mengherankan, beberapa hari terakhir ini gunungan sampah tak ada lagi. Ketika saya amati… ada tulisan di kain putih digantung di pagar seng… “YA ALLAH, MISKINKAN ORANG YANG BUANG SAMPAH DI SINI.”
Heran. Tak ada lagi yang buang sampah di situ. Mengapa orang lebih takut miskin daripada berbuat salah?
Mahfud MD, tentang koruptor pernah berucap : “Mereka lebih takut miskin daripada penjara atau mati.”
Bukan hanya sampah fisik yang bertebaran di jalan, sampah non fisik memenuhi media sosial apapun. Rasa risih telah menipis, rasa malu terhilang sudah. Tebaran kata-kata busuk, fitnah, caci-maki menghiasi keseharian hidup kita di medsos. Tanpa sengaja, mungkin kita pernah juga menebarnya.
Banyak orang yang lebih takut miskin daripada jadi sandungan bagi banyak orang meraih surganya.
Selamat merayakan Pesta Pengharapan bahwa usai hidup di dunia fana ini ada hidup abadi di surga.
Salam sehat dan selalu siap berbagi cahaya.
Pijar Hidupnya Tak Pernah Padam – Catatan halaman 140
Keajaiban Lahir dari Hidup Yang Biasa-biasa – Catatan halaman 139