Ia berteriak. Kaget.
Saat becermin, ia melihat wajah lain. Bukan wajahnya, tapi wajah asing dan tidak dikenalnya. Wajah yang tersenyum ngejek.
Ia jengkel.
Ditinjunya cermin itu sehingga hancur berantakan.
Ia masuk ke kamar.
Bercermin di meja rias lagi.
Ia lihat wajah yang lain lagi. Bukan wajah yang di cermin tadi. Wajah yang tidak dikenal.
Ia lalu meraba wajah sendiri. Tak ada topeng yang mengganjal.
Ia meraba kepala bagian belakang.
Ia ambil cermin untuk lihat bagian belakang… tak berwajah.
Lalu … kenapa wajahnya berubah?
Ke mana wajah aslinya?
Tiba-tiba ia menjadi takut.
Apa istrinya mengenalinya?
Ia ke dapur menemui istrinya yang tengah masak. Kaget sesaat. Menelitinya. Melihat dari ujung rambut hingga ke kaki. Kembali ke wajah.
“Bapak berubah rupa…?” tanyanya kurang percaya.
Ia bengong.
Memekik.
Digilas ketakutan.
Napasnya memburu.
Ia berlari ke halaman depan. Pandangannya kosong. Apa yang terjadi padaku?” gumamnya mengeluh.
Tiba-tiba melesat banyak bayangan memaki-makinya. Ada perempuan yang protes karena dibilang turun mesin, meminta pertanggungjawaban karena dicampakkan, dan banyak lagi.
Ia ke luar rumah. Nyusuri jalan kampung. Anehnya, tak ada tetangga yang mengenalinya lagi, padahal ia kenakan pakaian kebesaran yang menjadi ikonnya.
Semua berasa asing dengannya! Reputasi yang dibangun puluhan tahun hancur berantakan… dan hilang.
Hidup tiada berarti.
Ternyata selama ini ia asing dengan dirinya sendiri, bahkan tak mengenalinya!