Seide.id Entah mimpi apa malam itu Pelda Soedjono, ia mengawali harinya, seperti biasa ia berangkat ke kantor koramil di Bandar Betsi dengan sepeda dinasnya.
Pelda Soedjono memang bertugas sebagai penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsy, wilayah Simalungun Sumatera Utara.
Saat melewati tanah perkebunan Bandar Betsy tepatnya di Balai Sumber Sari, Pelda Soedjono melihat banyak masa berkumpul.
Ia tak akan mengira bahwa siang nanti mereka lah yang akan menghabisi nyawanya.
Ya, yang berkumpul itu adalah masa anggota BTI yang berjumlah 200 orang lebih berkumpul dan sepakat merebut kembali lahan perkebunan.
Barisan Tani Indonesia atau BTI adalah organisasi masa bentukan Partai Komunis Indonesia. Semenjak Indonesia merdeka PKI dengan BTI nya memang sering melakukan upaya upaya pengambil alihan lahan milik perkebunan seperti di PPN IX Bandar Betsy ini.
Upaya yang mereka lakukan hari itu juga yaitu dengan menanami lahan dengan berbagai tanaman seperti ubi, pisang dan jagung. Ketika proses penanaman, Pelda Soedjono dan tiga orang anggotanya datang ke kebun tersebut untuk mengecek traktornya yang terjebak kubangan lumpur.
Setelah mengecek alat beratnya, Pelda Sudjono kembali melakukan patroli. Pada saat bersamaan, anggota BTI sedang melakukan penanaman di lahan yang kini menjadi milik PTPN III itu.
Saat itu, Soedjono melarang BTI menanami lahan. Ketika Soedjono melarang penggarapan lahan, salah satu anggota BTI berupaya merampas helmnya. Melihat adanya rebutan helm, Sordjono memukul anggota BTI itu dengan tongkatnya.
Tidak terima dengan sikap itu, anggota BTI marah dan kemudian balik menyerang Pelda Soedjono. Lalu Soedjono dipukul dari belakang dan terjatuh tepat di bawah rimbunan pohon bambu. Dalam situasi itu, para anggota BTI kemudian mencangkul dan menghujamkan berbagai peralatan tani ke tubuh calon perwira Pertama TNI AD ini.
Pelda Soedjono gugur mengenaskan di tengah kebun Negara yang dijaganya. Melihat Pelda Soedjono jadi bulan-bulanan anggota BTI, tiga anggotanya melarikan diri. Sementara BTI bersorak-sorak atas kematian Pelda Soedjono.
Tak lama kemudian, polisi datang ke lokasi dan mengamankan anggota BTI yang berada di perkebunan tersebut. Jasad Pelda Soedjono kemudian dibawa ke RSU Kebun Laras untuk selanjutnya dimakamkan.
Kematian tragis Pelda Soedjono ini ternyata tersiar hingga ke ibukota. Mendengar kabar itu, Jenderal Ahmad Yani marah besar. Ahmad Yani memerintahkan kasus itu diusut tuntas.
Kemarahan itu diungkapkannya saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tanggal 15 Juli 1965 di Jakarta. “Bisa timbul anarki dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!” ujar Jenderal Ahmad Yani kala itu.
Atas pengabdian nya Pelda Soedjono diberi kenaikan pangkat menjadi Letnan Dua.
Bila di monumen Lubang Buaya ada 7 patung sedang di monumen Letda Sudjono ada 8 patung.
Sekelumit kisah gugur nya Letda Sudjono di Bandar Betsi pada tangga 14 Mei 1965.
Pohon Bambu tepat dimana beliau gugur sekarang di abadikan dalam kompleks monumen.
Sumber G30S/PKI. com
Beny Rusmawan