Wikipedia menulis, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Djaja Suparman lahir 11 Desember 1949 di Tasikmalaya . Lulusan Akmil tahun 1972 dari kesatuan infanteri baret hijau.
Karirnya moncer sejak dipercaya sebagai Komandan Yonif 507/Sikatan (Surabaya), yang merupakan pasukan andalan Kodam V/Brawijaya. Selanjutnya, menjadi Komandan Distrik Militer (Dandim) di Probolinggo. Kemudian ditarik ke Makodam V/Brawijaya, sebagai Waasops Kasdam V.
Setelah berdinas di staf, Djaja ditarik kembali ke satuan tempur, sebagai Komandan Brigif 13/Galuh Kostrad (Tasikmalaya).
Kariernya terus semakin menanjak setelah ia dipercaya sebagai Komandan Resimen Taruna Akmil di Magelang. Sesudah menjadi Danmentar, bintang satu diraihnya saat dipercaya sebagai Kasdam II/Sriwijaya.
Melewati masa tugas di Palembang, dia kembali lagi ke Surabaya, sebagai Pangdam V/Brawijaya, dengan pangkat Mayjen. Djaja merupakan mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), dan orang pertama Suku Sunda yang menjabat Pangdam V/Brawijaya.
Kemudian pada akhir Juni 1998, Djaja dipercaya memegang komando sebagai Pangdam Jaya menggantikan Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Pada bulan November 1999, Djaja ditunjuk sebagai Pangkostrad menggantikan Letjen TNI Djamari Chaniago, pangkatnya pun naik menjadi jenderal berbintang tiga atau Letnan Jenderal. Namun ia hanya sebentar menjadi Pangkostrad setelah pada bulan Maret 2000 ia digantikan oleh Letjen TNI Agus Wirahadikusumah.
Setelah itu ia pun menjabat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI (Dan Sesko TNI) dan sebelum akhirnya pensiun ia menjabat sebagai Inspektur Jenderal TNI (Irjen TNI)
Djaja Suparman pernah menikah Connie Rahakundini Bakrie yang kini dikenal sebagai pengamat militer, namun mereka bercerai tahun 2014.
Menurut Institut Studi Arus Informasi (ISAI), menyebut, Djaja Suparman merupakan salahsatu tokoh di belakang pendirian ormas FPI – Front Pembela Islam, bersama sama Kapolda Metro Jaya 1998-1999 Mayjen (Pol) Nugroho Djayoesman. Saat itu Djaja Suparman menjabat sebagai Pangdam Jaya dengan pangkat Mayjen TNI.
Pendirian FPI merupakan bagian dari Pam Swakarsa yang digagas oleh TNI (Jendral TNI Wiranto) untuk melawan aksi demonstrasi mahasiswa penentang RUU Keadaan Darurat/RUU PKB yang diajukan Mabes TNI kepada DPR pada 24 Oktober 1999.
Wikileaks, situs global yang kerap menerbitkan informasi rahasia dan membocorkan rahasia negara, menulis, sejak lama polisi di Indonesia telah memanfaatkan FPI sebagai ‘attack dog‘ (anjing penyerang) mereka, untuk berbagai kepentingan.
Walaupun sebenarnya bocoran itu bukanlah hal yang baru, namun dalam informasi yang diungkapkan Wikileaks itu dipaparkan sejumlah informasi detail mengenai hubungan antara polisi dan FPI.
Kapolri Jenderal (Purn) Sutanto yang saat itu menjadi Kapolri menganggap FPI bermanfaat sebagai “attack dog”. – dms