Foto : Manthan Gajjar / Unsplash
Penulis : Jlitheng.
Suatu hari, tukang yang sedang membantu mencat tembok rumah, keprosot dari anak tangga ke 4, tangga yang dibuat dari kayu oleh si tukang, dan menimpa anak tangga yang di bawahnya. Beruntung, karena ia tidak terkena paku-paku dari anak tangga itu.
Perjalanan hidup ini dapat kita ibaratkan naik tangga. Kita harus naik tangga itu secara bertahap dan fokus. Fokus karena, ketika naik tangga, kita harus memilih tangga yang baik sesuai dengan arah tujuan kita. Apapun peran kita, apapun tugas dan pelayanan kita.
Agar selamat dan sampai tujuan itu, tidak cukup memiliki tangga yang baik. Kita harus selalu dan secara berkala memeriksa kondisi semua anak tangga itu, agar terhindar dari bahaya.
“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Ada tahapan-tahapan seperti anak tangga untuk kita pilih dan lalui. Harus lebih baik setiap saat, agar tidak ambrol bablas; terhempas.
Naiklah tangga kehidupan dengan fokus. Mengikuti arah anak tangga yang benar.
Naiki saja tangga hidupmu sendiri. Jangan kau lirik tangga orang lain sehingga menggoda ingin berpindah menaiki tangga orang lain itu. Salah-salah tergelincir jatuh.
Tanggamu adalah tangga yang terbaik untukmu, yang akan menuntunmu pada akhir yang membahagiakan.
Salam sehat dan tetap tekun berbagi cahaya.
Tabah, Tengadah di Saat Susah – Catatan halaman 170
Bercahaya Sampai Padam – Catatan halaman 155
Ibarat Sehelai Daun, Jatuhmu Tidak Sia-sia – Catatan halaman 166