Lie disukai semua kalangan. Bagaimana tidak? Saudagar menyayangi dia, sebab dagangannya laku dengan baik di luar negeri.
Penerima barang di Singapura dan Malaysia juga suka, karena Lie selalu membawa barang terbaik. Pedagang senjata, apalagi. Semua dagangan laku keras!
Matanya yang sipit, karena ia memang keturunan cina, memudahkan Lie masuk ke berbagai kalangan dunia hitam penjual senjata.
Ia juga seorang Nasrani yang taat, yang juga diterima di kalangan saudagar berkulit putih. Sempurna sekali.
Buat TNI? Besar jasanya. Sebagian besar senjata untuk perjuangan, yang dimiliki TNI, didapat salah satunya berkat pengabdian dan perjuangan Lie dalam menyelundupkan senjata.
Hapal jalan tikus
Lie terkenal. Ia diburu oleh AL Belanda, AL Inggris dan AS, tetapi Outlaw selalu bergerak dengan senyap. Menghilang ditelan gelapnya malam. Ia hapal semua dangkal dalamnya perairan. Kapan pasang dan surutnya laut.
Ia hapal pintu masuk jalan tikus semua pelabuhan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Singapura, Malaysia, bahkan hingga ke Thailand! Berlayar dalam gelap, tanpa lampu penerang (navigasi), sudah biasa baginya.
Orang-orang di Selat Malaka sampai menjulukinya sebagai “Hantu Malaka’ dan wartawan BBC yang pernah ikut memburunya menyebut kapal Outlaw dan kaptennya, John Lie, sebagai “the black speed boat”.
Di Phuket, Thailand, Roy Rowan wartawan majalah Life terbitan AS, membuntuti sepak terjangnya dan memuat dalam tulisan dan foto menawan sepanjang empat halaman penuh. Roy kagum pada dedikasi Lie, yang membawa begitu banyak uang kontan tetapi tetap terpakai sebagaimana mestinya, belanja senjata!