Makan makanan hari-hari tanpa minyak goreng, seperti cara makan orang-orang kuno yang eksis hingga kini di Kanekes – Baduy Banten. Masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan dekat IKN atau di pedalaman Nusantara lainnya.
Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI
LAMA tak tampak batang-hidungnya, ujug-ujug Mak Wejang nongol selepas ‘dur’ Isya saat saya siap-siap di meja makan, sementara Resti masih asyik di dapur, kipas-kipas bara api di alat pemanggang, dimana tergeletak filet gindara dan seekor kuwe, oleh-oleh kami dari Laut Selatan, dipanggang hanya dengan salutan kecap asin dan irisan bawang Bombay. Hmmm…!
“Nah, eni baru Abang n Mpok saya(h) yang ganteng n botoh. Rencana dinner menu lengkap, dengan semua hidangan diolah nyaris tanpa setetes minyak goreng pun, kecuali Kerupuk Kampung di kaleng blek itu.
“Wah, Mas Jokowi, Presiden Kita perlu dengar, nih!” ucap Mak Wejang seraya menepok-nepok kaleng blek berisi penuh Kerupuk Kampung yang memang nyaris selalu ada di ‘ruang makan’ rumah kami.
Resti masih asyik kipas-kipas ikan panggangnya, hingga (pastinya) tidak ‘ngeh akan kehadiran Mak Wejang yang pandangannya tak lepas dari apa yang terhidang di meja makan kami.
Sengaja kami tak menanak Nasi Beras kali ini, karena ada Nasi Ketan plus santan gurih mlekoh yang enak dinikmati dengan irisan daging mangga harumanis, dan sekaligus berfungsi sebagai salad buah segar.
Sudah seminggu ini kami memang sedang ‘puasa’ gorengan. Bukan cuma karena minyak goreng sedang mahal dan langka, tapi juga karena ingin (persisnya kangen) makan makanan hari-hari yang tanpa minyak goreng. Seperti cara makan orang-orang kuno yang eksis hingga kini di Kanekes – Baduy Banten, masyarakat Dayak di pedalaman Kalimantan dekat IKN atau di pedalaman Nusantara lainnya.
“Abang n Mpok nggak nenteng-nenteng kantong kemasan minyak goreng, kan, kalo jalan dan masuk hutan?” kembali terdengar suara Mak Wejang. Ya, ’Anak Gunung’ memang nyaris nggak ada yang bawa bekal minyak goreng, selain beras, kompor portable, lauk-pauk kering dan pengetahuan masak-memasak tanpa minyak sebagaimana diwariskan Baden Powell, Bapak Pandu se-Dunia.
Itu yang coba kami terapkan seminggu ini. Merancang menu harian untuk seminggu, dengan tiga sajian tiap hari (sarapan, makan-siang, makan-malam) plus sajian sela lepas siang menjelang sore.
Apa dan bagaimana urutan menu seminggu itu? Insyaallah, nanti deh, saya cerita. Itu, Resti sudah datang dengan Kuwe Panggang buat saya dan Gindara Panggang buatnya.
Yuuuk…! ***
26/03/2022 PK 10:10 WIB