LOUIS VUITTON (2): Gara Gara Gembok Harry Houdini

Sampai di Paris

Louis Vuitton sesungguhnya tak mengenal seperti apa itu Paris. Ia hanya tahu dari bisik-bisik orang sejak dari desa keacil ke setiap kota yang disinggahi, bahwa hanya di Paris tersedia banyak pekerjaan dan kemungkinan masa depan.

Pada 1853, Louis akhirnya sampai juga di Paris setelah berjalan dua tahun dan di setiap desa sepanjang perjalanan melakukan banyak pekerjaan. Padahal, saat tiba di Paris, kota itu sedang mengalami ekses dari masa industri dan kondisi ekonomi buruk. Louis tak mempedulikan itu. Ia hanya tahu bahwa kalau ia lapar ia harus makan. Dan itu memungkinkan selama ia memperoleh pekerjaan. 

Itu sebabnya ia keluar masuk rumah dan pabrik hanya untuk memperoleh pekerjaan. Ia sudah capai menjadi orang miskin. Satu-satunya keluar dari jebakan kemiskinan adalah bekerja. 

Berdasar pengalaman didikan dari sang ayah, Vuitton, Luous bekerja menjadi buruh tukang kayu pembuat koper ternama, Monsieur Marechal. Kariernya menanjak sehingga ia dipercaya sang bos, namun Louis tak mau terlalu lama di sana. Ia harus berkembang setelah melihat beberapa peluang.

Akhirnya Louis memutuskan mandiri sebagai tukang ahli koper pesanan khusus. Karyanya yang rapi dan unik, membuat ia dipercaya membuat koper untuk Putri Pravanvis, Euginie de Montijo. Kita tahu nama ini berkaitan dengan isteri ketiga Napoleon Bonaparte. Dari sini, Louis mendapat klien-klien orang tajir, elit dan bahkan dari istana. Koper-koper bikinan Louis sangat personal dan berkarakter. Langganannya semakin banyak.

Akhirnya, pada 1854, hanya setahun, Louis Vuitton berhasil membuka tokonya sendiri di Paris. Ia juga menikahi wanita pujaannya Clemence-Emilie Parriaux. Dari hasil perkawinannya, Louis punya anak bernama George Ferreol Vuiton.

Besama anaknya, George, Louis membuat gembok khusus setelah mereka bertemu dengan pesulap ternama Harry Houdini. Tadinya, Louis berharap, kalau Houdini bikin pertunjukan dan memakai gembiknya, namanya akan terkenal, mendompleng sang ahli ilusi. Sayang, gembok itu tak jadi dipakai, tapi nama Louis Vuitton justru terkenal karena berhasil membuat gembok inovasi yang kelak dikenal seluruh dunia. 

George Vuitton, sang pewaris Louis Vuitton yang dengan cerdik mengembangkan bisnis sang ayah menjadi produk bermerk terkena dan memiliki value paling berharga.

Nama Louis Vuitton dimanfaatkan keluarga ini untuk menciptakan berbagai hal. Sang ayah dan sang anak selalu mendiskusikan temuan mereka di workshop. Sayang tak lama, sebelum semua gagasannya tercapai, Louis Vuitton meninggal  pada 27 Feburari 1892. 

George meneruskan bisnis sang ayah dengan melakukan ekspansi dan kreasinya, yakni khusus membuat produk-produk mewah. Salah satunya adalah tas mewah dengan merk Louis Vuitton untuk mengenang sang ayah.  

Saat memandangi tas ciptaannya, George seperti melihat penampakan sang ayah, sehingga ia terinspirasi membuat monogram terkenal LV yang akhirnya dijadikan brand merk Louis Vuitton. Tahun 1901 itulah brand LV alias Louis Vuitton mulai berkembang. 

George bergaul dengan banyak orang-orang fashion dan model di Paris sehingga terinspirasi mengembangkan merk yang sudah dikenal, Louis Vuitton, dengan berbagai produk. Lahirlah produk koper, tas, busana, sepatu dan banyak lagi. 

Tampaknya, dunia sedang berpihak pada pewaris Louis Vuitton ini….

( Bersambung)

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.