“Ya, Allah … Terimalah persembahan hati yang luka ini karena hanya itu yang aku punya …,” gumam lelaki tua itu lirih. Dengan tertatih ia melangkah menuju pohon Sono yang rimbun. Dihelanya nafas panjang. Desau angin yang sejuk mengusap wajahnya yang keriput. Ia lalu menyandarkan tubuhnya di pohon…
Seorang lelaki muda mengandeng anaknya sambil berbicara entah apa melintas di depannya.
“Ya, cucuku sudah sebesar itu,” katanya pada diri sendiri, ketika lelaki muda itu mengingatkan pada anak sulungnya.
Serasa ada yang menoreh dadanya setelah sekian lama meninggalkan rumah. Keputusan yang teramat berat namun ia menemukan kebebasan yang membahagiakan jiwa. Bahagia? Ya, ketika ia melihat orang-orang kecil yang dibantunya tertawa renyah dan tulus.
Perasaan yang belum pernah dialaminya selama aktif di dunia usaha, dulu. Ia berbagi, dan terus berbagi. Tapi, sejak pandemi panjang, istrinya mulai mengontrol besaran nilai sumbangan. Alasannya, usaha terus menurun. Sehingga, lebih baik mendahulukan yang pokok dan penting dulu.
Awalnya, ia merasa tersinggung. Ia yang membangun usaha keluarga. Karena malu ribut, ia memilih diam, dan mengalah.
Namun, ternyata kekosongan hatinya itu tidak terpuasi tanpa berbagi dan memberdayakan orang lain. Ia teringat kembali, ketika muda ia pernah bertugas di pedalaman dalam karya sosial selama tiga tahun. Ia biasa memotivasi orang dengan konsep wirausaha, koperasi sembako, dan sebagainya. Sifat dasar manusia yang ingin dilayani jadi acuan dasar untuk pengembangan usaha.
Berorientasi untuk selalu berbagi, ia lalu mengembangkan kemampuannya untuk jadi youtuber sebagai sumber pendanaan. Ia lalu memutuskan untuk pensiun dan menyerahkan estafet usaha pada anak-anaknya.
“Menghembuskan roh motivasi,” itulah yang jadi semangatnya untuk melayani sesama sebagai nara sumber dengan menerima banyak undangan dari beberapa daerah.
Berkat Allah, ia dilimpahi kesehatan, semangat, & kemudahan sehingga semua berasa lancar dan membahagiakan! Selalu bersyukur adalah modalnya untuk tetap semangat, meskipun umur tidak bisa dibohongi.
Tiba-tiba ia rindu dengan keluarga besarnya, setelah dua bulan tidak pulang. Bagaimana dengan istri, anak & cucunya? Kerinduan yang membuat dadanya tiba-tiba menyesak sakit. Sekali lagi dihelanya nafas panjang…
“Ya Allah, aku lelah…,” gumamnya lirih. Terbayang keluarga besarnya yang serasa menyambutnya di rumah dengan senyuman. Ia memejamkan mata. Bibirnya tersungging senyum, dan tubuhnya menyandar di pohon Sono… dalam damai.
(Jangan pernah merasa lelah untuk berbuat baik, walaupun lewat hal-hal kecil, atau mendoakan…)
Foto : Pfuderi/Pixabay