Cerpen: Kalau Lupa Cobalah Diingat, Kalau Ingat Jangan Dilupakan

Foto ; peace, love, happines/Pixabay

Saya sungguh kaget sekagetnya, ketika dalam suatu serasehan saya bertemu kembali dengan gadis cinta pertama saya di es-em-a, DK.

Kami saling tuding, dan berkata, “Kau…!” Lalu, tawa kami pecah. Kami berjabat tangan tanpa cipika-cipiki.

“Saya tidak menyangka, kalau kau itu MR,” DK menatapku lembut.

“Saya sudah menduga, kalau kini kau jadi bos,” gurauku sambil menghindari tatapannya yang mampu meruntuhkan hati.

“Masih rajin menulis?”

“Begitulah. Saya tetap setia jadi penulis kehidupan.”

Beruntung, sekali lagi saya merasa beruntung, karena padatnya acara, kami tidak bisa ngobrol banyak.

Saya bertemu dengan DK, ketika saya diminta jadi narasumber dalam pengembangan sosial ekonomi. Ternyata DK donatur serasehan itu.

DK muncul seperti dilontarkan dari dalam lautan, setelah dua puluhan tahun tidak jumpa. Dan kemunculan DK mampu mengharu biru hatiku.

Terbayang jelas dalam ingatan saat DK memutuskan saya. Karena ia tidak kuasa menolak desakan orangtua agar berjodoh dengan anak koleganya yang mapan dan masa depan yang lebih pasti.

Kecewa, jelas saya sangat kecewa, tapi saya tidak mau patah hati dan mengurung diri. Saya harus bangkit untuk melanjutkan hidup ini. Saya jadi terpacu untuk menunjukkan kualitas diri, dan mandiri.

Di suatu pertemuan yang lain, saya memperoleh tahu, sejak lima tahun lalu DK jadi orangtua tunggal. Suaminya meninggal, karena sakit.

“Jika kau mau, ajaklah sekalian istri dan anakmu. Aku ingin mengenal keluargamu,” ajak DK serius.

“Saya usahakan,” jawab saya pendek, lalu menaruh hp itu di meja. Hati saya makin risau. Masa indah saya dengan DK seakan diputar kembali.

Saya menarik nafas panjang. Saya harus berani bersikap tegas untuk tidak membiarkan perasaan saya dililit mimpi indah bersama DK. Saya harus membatasi diri dan menjaga jarak agar situasi tidak jadi runyam.

Saya mempunyai keluarga. Istri yang pengertian dan mencintai anak-anak. Saya harus mengubur mimpi indah bersama DK, dan melupakannya.

Tiba-tiba saya jadi rindu pulang untuk segera sampai di rumah, memeluk sayang keluarga, penuh cinta.

Cerpen: Seribu Jalan Menuju Roma Akhirnya ke Pelaminan Juga

Avatar photo

About Mas Redjo

Penulis, Kuli Motivasi, Pelayan Semua Orang, Pebisnis, tinggal di Tangerang