Beberapa waktu lalu, dilansir di media bahwa satu tim dokter di AS berhasil mencangkokkan jantung babi kepada seorang pasien sakit jantung. Jantung babi yang sudah diproses medis, digunakan untuk menjadi jantung sang pasien dan berhasil atau berfungsi sebagai jantung biasa.
Terhadap keberhasilan medis tersebut, ada banyak pendapat, baik yang menerima maupun yang menolak, dengan alasan masing-masing.
Dan, ini bukan hal baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan di bidang medis. Sebut saja soal bayi tabung, alat kontrasepsi, eutanasia, cloning sel antar ras, dan percobaan di laboratorium medis pada hewan-hewan tertentu.
Terhadap kontroversi jantung babi tersebut, ada beberapa catatan berikut sebagai bahan diskusi.
Pertama, relasi mutlak manusia tethadap alam lingkungan. Tidak ada alasan untuk menolak fakta kodrati ini. Manusia mutlak hanya bisa hidup dari alam ini.
Untuk bernapas, perlu udara, injak di atas tanah, beraktivitas di atas tanah, makan minum dari hewan dan tumbuhan, mati dikubur di tanah atau dikremasi – kembali ke tanah. Ada agama dan adat budaya yang percaya bahwa manusia pertama tercipta dari tanah.
Dalam kearifan lokal, alam lingkungan dipercaya sebagai pribadi dan menjadi saudara manusia. Bumi adalah Ibu, langit adalah Bapak.
Konsep harmoni dengan alam sebagai persona—pribadi–juga diajarkan oleh Santo Fransiskus Asisi, seorang mistikus dan petapa Katolik.
Dalam ajaran kejawen, manusia merupakan micro cosmos–jagad cilik, dan alam semesta merupakan jagad raya–jagad gede.
Kedua, yang membedakan manusia dari ciptaan lain adalah rasionalitas–kemampuan berpikir dan roh jiwanya.
Dengan keistimewaan ini, kita manusia dapat menggunakan berbagai unsur alam (biotik dan abiotik) untuk kelangsungan hidup. Kita makan dari alam lingkungan.
Obat pun ada yang dibuat dari alam lingkungan. Juga berbagai sarana untuk kebutuhan hidup, diolah dari alam ini.
Sebaliknya, raga manusia hidup tidak bisa dicopot untuk ditempel pada pohon atau binatang tertentu. Kecuali, manusia diserang binatang buas dan jadi mangsa. Atau, bangkai manusia dikonsumsi semut dan hewan pemakan bangkai.
Ketiga, soal upaya manusia dalam pengembangan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) medis untuk mempertahankan kehidupan.
Dalam proses ilmu pengetahuan, diri manusia dan semua dimensinya dijadikan obyek kajian serta percobaan. Ribuan kali kegagalan merupakan proses iptek yang lumrah untuk sampai pada hasil maksimal, yakni bermanfaat dan aman bagi kepentingan hidup manusia.
Jika pun dibeberkan semua proses laboratorium dalam pengembangan Iptek dunia medis, kontroversinya akan lebih heboh lagi.
Ada penggunaan bagian tubuh manusia, rangka jenazah, dan juga binatang untuk percobaan. Bahkan, manusia hidup juga menjadi obyek uji coba sejumlah obat yang ditemukan Iptek medis. Ada gagal dan efek negatifnya, ada sukses dan perlu pengembangan.
Keempat, tentang penggunaan organ babi. Fakta dalam kehidupan, binatang babi, sebagai hewan peliharaan maupun yang liar, dikonsumsi dagingnya oleh berbagai suku bangsa. Ada suku bangsa lain yang tidak mengonsumsi, ada yang mengharamkan.
Dalam pengembangan iptek, ternyata hampir semua bagian organ babi diolah dan dikembangkan untuk banyak kebutuhan manusia. Contohnya, lemak babi untuk vaksin, bahan kosmetik, dan bahan makanan; tulangnya untuk beberapa produk fashion.
Dan, tidak ada kontroversi heboh, seperti penggunaan jantung babi untuk pencangkokan pada pasien yang membutuhkan jantung pengganti. Mengapa penggunaan ring untuk jantung dan vaksin tidak dipersoalkan?
Kelima, soal akal sehat. Dalam banyak kontroversi tentang hasil iptek, atau hal lain, sering argumentasinya tidak memadai bahkan asal bunyi. Lalu, dasarnya hanya soal rasa dan selera, dan tidak obyektif atas pokok persoalan.
Indikasi utamanya adalah tidak menggunakan akal sehat. Bahkan, penolakan terhadap sesuatu yang baik justru hanya untuk mengekspresikan kebodohan dan selera. Argumennya adalah “pokoknya tidak baik, pokoknya harus stop, pokoknya haram”.
Dasar penolakan justru di luar konteks; misalnya alasan budaya dan agama. Kemudahan media komunikasi pun menjadi sarana untuk heboh, dengan menampilkan kebodohan–argumen di laut akal sehat dan ilmiah.
Sedangkan, hal yang diupayakan dan dibicarakan adalah temuan iptek demi membantu kelangsungan hidup manusia juga. Hal itu tidak dipaksakan kepada semua orang dan dijadikan kewajiban universal, tetapi merupakan sebuah alternatif bagi yang membutuhkan.
Di media sosial, sempat ada publikasi terbaru soal upaya teknologi di China oleh para ahli untuk “menghidupkan” jenazah. Ada proses pengawetan jenazah dan upaya iptek untuk mengaktifkan kembali semua organ dan kerangka jenazah tersebut.
Proyek menghidupkan jenazah dengan kemampuan iptek canggih, mengapa tidak menjadi kontroversi? Khususnya, mengenai sekian banyak jenazah yang sudah menjadi bahan percobaan.
Akhirnya, menurut saya, dengan akal sehat perlu dimaknai berbagai temuan iptek di bidang medis, dan bidang lainnya, sesuai dengan prinsip ilmu pengetahuan.
Juga, soal manfaat dan tujuan pengembangan iptek tersebut. Jika hendak disanggah, pada tataran utama adalah secara ilmiah dan obyektif dengan akal sehat. Lalu, soal prinsip pengembangan iptek, yakni untuk kelangsungan kehidupan manusia atau bukan?
Mengapa soal pengembangan berbagai senjata, termasuk senjata nuklir dan bio-kimia, tidak menjadi kontroversi? Juga, soal pembuangan berbagai limbah industri dan limbah nuklir, dan kasus sampah plastik dan makanan plastik.
Berikutnya adalah fakta kodrati, bahwa kita manusia sangat mutlak bergantung pada alam lingkungan. Secara fisik, organ kita mengandung semua unsur alam lingkungan, bahkan kita berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Kembali perlu akal sehat untuk berdiskusi dan mengkaji berbagai realitas kehidupan.
Kita adalah jagad cilik dari alam semesta.
Babi adalah salah satu unsur alam lingkungan, yang nyatanya bisa bermanfaat untuk kebutuhan kelangsungan hidup manusia. Setiap orang bebas menggunakannya, asalkan tidak memaksa orang lain yang tidak membutuhkannya.
Salam sehat dan akal sehat.
Penulis: Simply da Flores
Harmony Institute
Pertama Kali Dalam Sejarah, Jantung Babi Dicangkokkan Ke Manusia