Tidak seharusnya saya marah padamu. Toh, kau tidak salah. Tapi, jujur, yang membuat saya marah, karena sikapmu yang ceplas ceplos dan menggemaskan itu.
Seharusnya, bahkan lebih baik, jika waktu itu kita tidak berkenalan. Kau tidak menuruti ajakan RW, sehingga muncul di sekretariat OMK.
Nasi telah jadi bubur. Dan ternyata saya gagal untuk melupakanmu. Sebaliknya saya ingin mengenalmu lebih dekat.
Entah faktor apa yang menghipnotis saya, sehingga sikap dan ketegasanmu sejak awal itu mampu membuat saya berubah.
“Kita harus belajar bawa dan tempatkan diri, di manapun berada agar kita tidak sakarepe dewe. Nuruti kemauan sendiri,” katamu, ketika malam itu, saya bermaksud minta izin ke luar pada orangtuamu.
Alasanmu, karena pakaian saya bohemian, sepatu bigbos, dan bertopi pet.
Sekali lagi, saya seperti disihir oleh ketegasamu. Biasanya, ketika ada orang bermaksud mengatur, aku langsung membatasi diri. Bahkan, jika perlu menjauhinya.
Anehnya, alasanmu yang benar dan masuk akal itu membuat hati saya tersentak. Saya tidak berada di lingkungan komunitas, tapi ingin mengajakmu makan malam. Alangkah baik, jika kita saling menghargai dan hormati satu dengan yang lain.
“Kita harus pandai membawa dan menempatkan diri,” prinsip hidupmu itu sungguh jadi mantra ampuh bagi perubahan hidupku.
Perlahan tapi pasti, pola pikir saya juga berubah. Semula saya yang sok idealis ini mulai berpikir secara profesional, untuk perbaiki diri ke arah yang baik, dan makin baik lagi.
Saya ingin memberikan yang terbaik dari hidupku demi kamu. Bukan sebagai kamuflase, apalagi sekadar ingin merebut simpati dan hatimu. Melainkan kesadaran itu muncul dari kedalaman hati saya. Karena saya sungguh mencintaimu.
Kini, proses perjuangan hidup bersamamu itu makin bermakna dan berbuah hasil yang melimpah.
Dengan bersinergi dan bahu membahu kita mengentaskan anak-anak menyongsong masa depan mereka dengan iman, harapan, dan kasih.
Jadi, sekiranya tempo hari saya marah padamu, karena saya sungguh teramat mengasihimu. Kasihmu padaku membuat saya berani berubah ke arah yang benar, dan makin lebih baik.
Anugerah Allah telah mewujudkan mimpi-mimpi kita. Hidup kita berlimpah sukacita.
Foto : Lukas/Pixabay