Seberapa sering kita bicara dari hati ke hati dengan anggota keluarga sendiri? Sering, sesekali, atau tidak pernah sama sekali…
Maaf! Sebaiknya jangan berkilah atau menggunakan alasan apapun yang tidak berguna. Pembenaran diri hanya merugikan keluarga sendiri, dan melukai.
Sebelum terlambat, lebih baik kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk pembenahan keluarga.
Buang alasan, bahwa kita semua sibuk, tak ada waktu, dan seterusnya.
Jangan karena kurang peduli atau menganggap enteng masalah komunikasi antar anggota keluarga, kita menjadi asing satu dengan yang lain, dan kehilangan orang yang kita sayangi.
Saatnya kita membangun rasa kebersamaan dan keterbukaan dalam keluarga.
“Mari kita bicara dari hati ke hati,” slogan seni berkomunikasi yang indah dan semestinya menghidupi setiap hati.
Usahakan kita selalu mengatur waktu untuk acara keluarga, atau kumpul bersama keluarga.
Sekiranya anak-anak sibuk dengan kuliah, pekerjaan, atau urusan yang lainnya, kita dapat merencanakan ulang, atau memanfaatkan hari Minggu sebagai hari keluarga.
Kebersamaan keluarga itu penting, bahkan menjadi jantung rumah tangga.
Dengan membangun seni berkomunikasi yang baik, kita belajar untuk saling memahami anggota keluarga satu dengan yang lain.
Anak berani menyampaikan pendapat tanpa rasa takut untuk dihakimi oleh yang lain. Tukar pikiran untuk saling mengisi, melengkapi, dan mencerahkan.
Pikiran anak bertumbuh semakin dewasa dan mandiri.
Budaya minta petunjuk ala orde baru juga tidak berlaku, karena anak diberi kebebasan yang terarah untuk memilih dengan varian untung ruginya dan konsekuensinya.
Ketika kita sukses membangun komunikasi yang baik dalam keluarga, kita juga sukses membangun keluarga yang tentram dan damai.
Cor Ad Cor Loquitur , komunikasi yang menurut St. Agustinus sangat sulit dilakukan, karena melibatkan seluruh indra, perasaan, pikiran, dan kesadaran kita.
Tapi, juga bukan hal yang sulit, jika kita mau berjuang untuk mewujudkannya demi kebahagiaan keluarga. (MR)