Maria Ressa, Jurnalis Filipina Pemenang Nobel Perdamaian 2021

Maria Ressa Journalist Rappler

Ressa dianugerahi Hadiah Nobel bersama dengan Dmitry Muratov untuk “upaya mereka melindungi kebebasan berekspresi, yang merupakan prasyarat bagi demokrasi dan perdamaian abadi.”

PENGHARGAAN Nobel Perdamaian 2021 diberikan kepada Maria Ressa, wanita jurnalis Filipina yang  dimusuhi oleh Presiden Rodrigo Duterte.  Dia menjadi orang pertama dari Filipina yang dinobatkan sebagai Pemenang Nobel – penghargaan yang sangat bergengsi bagi tokoh tokoh yang berjasa di bidangnya di abad 20 dan 21 ini.

Sang presiden menuduh Rappler melanggar larangan kepemilikan asing di media, serta melakukan pencemaran nama baik dan penggelapan pajak. Suatu kali, Duterte menyebut mereka sebagai “saluran kabar bohong.”

Gelombang dakwaan hukum terhadap Ressa dan Rappler, media tempat menyalurkan tugas jurnalismenya,  banyak berkaitan dengan laporan mereka seputar kebijakan Presiden Rodrigo Duterte, terutama dalam perang melawan narkoba.

Saat berpidato kemenangannya meraih penghargaan Nobel Perdamaian 2021 pada Jumat, (08/10), jurnalis dan penulis 58 tahun,  berdarah campuran Filipina Amerika ini sedang menghadapi dakwaan pencemaran nama baik, serta lusinan dakwaan hukum lain terhadap medianya, Rappler.

Penobatannya di Oslo, Norwegia,  dirasakan sebagai pengakuan bagi perjuangan demi kebebasan pers.  “Dalam dua tahun, pemerintah FIlipina menerbitkan sepuluh perintah penahanan terhadap saya. Situasinya seringkali sangat sulit,” akunya Jumat lalu.

Maria Angelita Ressa lahir di Manila,  2 Oktober 1963 salah satu pendiri dan CEO Rappler. Sebelumnya menghabiskan hampir dua dekade bekerja sebagai reporter investigasi utama di Asia Tenggara untuk CNN. Dia merupakan salah satu dari 25 tokoh utama Komisi Informasi dan Demokrasi yang diluncurkan oleh Reporters Without Borders.

Pada tahun 2020, ia dihukum karena pencemaran dunia maya oleh pemerintah Filipina di bawah undang-undang Anti-Cybercrime Filipina yang kontroversial, sebuah langkah yang dikutuk oleh kelompok hak asasi manusia dan jurnalis sebagai serangan terhadap kebebasan pers.

Ressa masuk dalam Time’s Person of the Year 2018 sebagai salah satu kumpulan jurnalis dari seluruh dunia yang memerangi berita palsu. Pada 13 Februari 2019, dia ditangkap karena fitnah dunia maya karena tuduhan bahwa Rappler menerbitkan berita palsu tentang pengusaha Wilfredo Keng.

Pada 15 Juni 2020, pengadilan di Manila memutuskan dia bersalah atas pencemaran nama baik dunia maya. Karena dia adalah seorang kritikus vokal terhadap Presiden Filipina Rodrigo Duterte, penangkapan dan hukumannya dilihat oleh banyak pihak oposisi dan komunitas internasional sebagai tindakan bermotivasi politik oleh pemerintah Duterte.

Ressa dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian 2021 bersama dengan Dmitry Muratov untuk “upaya mereka melindungi kebebasan berekspresi, yang merupakan prasyarat bagi demokrasi dan perdamaian abadi.”

Dia mengawali karier jurnalis sejak 1980-an memiliki dedikasi dalam bidang jurnalistik yang tidak tanggung-tanggung, terbukti dengan adanya rekaman video liputannya di sarang Osama bin Laden di Afghanistan.  

Melansir The Famous People, Maria Ressa ternyata adalah teman sekelas dari mantan ibu negara AS Michelle Obama, saat berada di Princeton

Selanjutnya, Hadapi ancaman demi ancaman

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.