Seide.id -Semula saya berpikir, jika rumah besar dan halamannya yang luas itu dibersihkan dan dirapikan tentu melelahkan sekali. Mengapa mereka tidak mempunyai tukang kebun atau pembantu?
“Yang punya rumah itu pelit sekali,” komentar itu sering saya dengar dari tetangga kiri kanan. Bahkan ada juga yang mengatakan rumah itu berhantu. Banyak orang pernah melihat gendruwo, kuntilanak, dan sejenisnya.
Benarkah itu?
Jujur, saya ragu, bahkan tidak percaya dengan komentar miring itu. Kenyataannya, saya melihat si empunya rumah itu menyapu dan membersihkan kebun yang luas itu.
Begitu pula dengan keadaan rumah itu tampak bersih dan terawat baik.
Dari si empunya rumah itu saya memperoleh kejelasan, bahwa rumah itu senantiasa terbuka lebar, jika digunakan untuk ibadah umat dan kegiatan RT.
“Sering digunakan ibadah berarti banyak berkat. Aura rumah makin positif, dan banyak rejeki,” jelas Ibu itu.
Jika si empunya rumah itu pelit, tidak mungkin rumah itu diizinkan untuk kegiatan umat atau warga sekitar.
Saya juga melihat sendiri. Jika hari Minggu keluarga itu kompak kerja bakti membersihkan rumah.
“Mereka bertanggung jawab untuk membersihkan kamar masing-masing.”
Menurut Ibu itu pula, anak-anak itu dibiasakan bekerja agar mereka jadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Kebersamaan dalam keluarga dan bekerja sama itu harus dibangun sejak dini supaya mereka makin akrab, dekat, dan rukun. Saling peduli dan mengasihi satu dengan yang lain, sehingga jika ada saudara yang kesulitan segera dibantu.
Saya salut sesalutnya dengan Ibu Bapak itu, karena meski usia makin menua tapi mereka tetap rajin bekerja dan beraktivitas.
“Mobil yang bermesin itu jika tidak dipanasin dan dionggrokin akan rusak, apalagi tubuh manusia jika tidak bergerak,” alasan Bapak itu yang sulit berdiam diri tanpa bekerja.
Jadi sesungguhnya, jika ada orang berkomentar miring tentang rumah yang berhantu, keluarga pelit, dan hal negatif lainnya itu tidak perlu ditanggapi. Percuma, dan tidak ada gunanya.
“Dijelekkan tidak membuat kita makin jelek. Dihina tidak membuat kita makin hina dan papa. Lebih baik kita menanggapi semua itu dengan kerendahan hati untuk mawas diri,” nasihat Ibu itu bijak.
Saya sepakat, karena Ibu itu adalah orangtua saya.
Selalu memaafkan dan mengasihi sesama dengan tulus hati itu tidak melukai diri sendiri.
Mas Redjo/Red-Joss