REFLEKSI oleh Belinda Gunawan
Sekalipun enggan, tentu aku sesekali harus ke ATM. Tidak ada mahluk jin dari botol yang bisa ujug-ujug memberiku lembaran merah dan biru. Kemarin pagi setelah dari ATM tak jauh dari rumahku, aku pun berjalan pulang. Di kiriku, SD Inpres yang sedang libur. Di kanan, taman yang tidak ditata bagus namun lumayanlah.
Tiba-tiba mata kakiku (dan mata kepalaku) tertegun melihat pemandangan bunga berdiameter 25 senti yang mirip bunga jambu, tergeletak di jalan aspal bergaris-garis. Dalam keadaan tak berdaya ia justru kelihatan cantik, karena bila masih di pohonnya yang besar, siapa yang bisa melihat? Aku mengeluarkan HP, dan ceklek… inilah dia (kanan atas).
Kadung sudah mengeluarkan HP, aku pun mencari objek lain. Kulihat untaian buah berwarna merah terang terjuntai dari pohonnya yang berjenis palma. Bila dilihat dengan mata ‘big picture’ tidaklah indah, sebab di latar belakangnya ada deretan ruko dengan spanduk ‘dijual’. Untunglah mataku bisa ngedit, eh fokus, dan aku pun mengambil ‘small picture’ alias hanya si merah (kiri bawah).
Berjalan tak jauh lagi, nah, ini dia daun-daun berbentuk bulat, hijau bergerigi putih yang sudah kucoba gambar tapi hasilnya jelek (kiri atas). Berbelok lewat portal, sampailah aku di hadapan pemandangan ini. Melati Myanmar yang sudah gondrong karena Diah sudah 10 hari pulkam, tapi kamera HP kutujukan ke bagian berbunga saja (kanan bawah).
Aku sudah sampai di rumahku. Aku berterima kasih pada mataku yang bisa menangkap keindahan-keindahan kecil, sekalipun aku tidak tinggal di perumahan elit.