Seide.id – Hampir empat bulan lalu Maura Magnalia pergi ke surga pada usia 27.
Kepergian Maura pada 25 Januari 2022 meninggalkan duka yang sangat dalam.
Tidak mudah untuk menerimanya, meski telah melihat dengan mata kepala sendiri Maura telah pergi.
Maura pergi bersama cita-cita yang tengah ia rintis. Karena ia tidak ingin menjadi perempuan, apalagi dengan embel-embel cantik, saja. Ia ingin menjadi manusia yang berguna bagi sesamanya.
Ketika Kartini pada eranya berbicara tentang cita-cita untuk mengubah perempuan Indonesia lewat baca tulis, Maura berbicara tentang cita-cita untuk mengubah kaum papa di dunia ketiga.
Suatu cita-cita luhur untuk menaikkan taraf kaum papa lewat kedua tangan dan otak yang Tuhan berikan.
Sementara, Maura sendiri terlahir dari keluarga dengan status sosial yang sangat baik.
Ayahnya, Mayong Suryolaksono, adalah Dewan Pengawas Kantor Berita Antara. Sedangkan ibunya, Nurul Arifin, Wakil Ketua Umum Partai Golkar.
Saya bersahabat dengan orangtuanya lebih dari tiga dekade, sejak Maura belum lahir.
Berita dipenuhi oleh kepergiannya
Saat Maura kembali kepada Tuhan, semua pemberitaan tertuju kepadanya. Berhari-hari berita itu muncul.
Nama gadis yang sangat santun ini menjadi trending topi, karena semua media memberitakannya, kecuali satu media yang tidak pernah memberitakan kepergiannya, Seide.id.
Apakah Seide.id tidak punya materi berita tentangnya?
Seide.id punya semuanya. Tentang artis atau figur publik, menteri-menteri yang hadir. Dan, itu bisa dimunculkan setiap hari.
Materi ini sangat eklusif. Meliputi foto dan pembicaraan sejak kedatangan Aburizal Bakrie sampai pada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Juga tentang apa yang disampaikan Gubernur Ganjar Pranowo maupun Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama, kepada orangtua Maura.
Dengan semua foto, pembicaraan para tokoh saat berdiri di samping peti Maura, dan impian- impian yang Maura ceritakan, tentunya materi eksklusif ini akan menjadi berita besar bagi sebuah media.
Tapi, ada hal yang jauh lebih besar dari berita besar itu, yang menyebabkan tidak ada satu pun berita tentang Maura Magnalia, muncul di Seide.id.
Penyebabnya, rasa sedih yang luar biasa sehingga tidak sanggup untuk menulis kepergian Maura.
Maura Magnalia Madyaratri
Sulit untuk menerima Maura tidak ada. Ia memiliki sesuatu yang luar biasa dalam dirinya dan selayaknya anak yang memberi kebanggaan.
Maura pribadi tangguh, cerdas, tahu apa yang ia inginkan, dan tahu cara meraihmya.
Saya bicara kepada Maura, “Katanya Maura mau jadi profesor. Kenapa Maura pergi?”
Maura pintar? Tentu saja. Bahkan, sangat pintar. Ia terlahir dari keluarga kutu buku, duplikat ayahnya.
Cantik dan sangat pintar. Tapi, yang membuat sulit untuk menerima adalah impian Maura yang nyaris tidak masuk akal untuk perempuan Indonesia dengan latar belakang seperti Maura
Dan, impian itu sedang ia rintis.
Ijazah kelulusan Maura
Hari ini, tepat pada Hari Kartini, ijazah Maura Magnalia Madyaratri dari The Sydney University tiba, karena Maura telah menyelesaikan Master of Cultural Studies.
Jika Maura masih hidup, ijazah ini akan membawa Maura pada suatu negara yang sangat jauh dari Indonesia.
Jauh dari semua kemewahan dan fasilitas. Bersatu dengan masyarakat darl dunia ketiga yang hidup papa, kelaparan, dan minim pendidikan.
Maura akan berjalan mengenakan sandal jepit. Mengajari kaum papa dan ia hampir tidak dibayar. Tapi, Maura tidak akan memlnta dana kepada orangtuanya, kareha ia melakukannya bukan karena uang, melainkan pengabdian.
Maura akan mengajar di tengah masyarakat kumuh, miskin. Berlelah-lelah, kucel, tanpa peduli ia anak siapa. Dan, tinggal di rumah penduduk. Semuanya sudah ia rintis lewat komunikasi internet.
Maura tidak akan pernah menjadi artis atau politikus seperti ibunya.
Sekali pun ia mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang dosen, Maura tidak akan pernah menjadi seperti ayahnya.
Maura ingin menjadi dirinya sendiri. Berada di tengah kaum papa dengan kemiskinan.
Ia ingin mengubah dunia lewat uluran tangannya dan merasa berbahagia jika ia mampu memberi sedikit harapan bagi kaum marjinal ini.
Tapi, “Mahatma Gandhi perempuan”‘ ini, Maura Magnalia, dengan cita-cita besar yang luar biasa luhurnya ini telah pergi…
Dan, biarlah ijazah Master yang telah tiba, menjadi piagam untuk impian luhur dari seorang Kartini era kini bagi kaum papa.
(ricke senduk)