Seide.id – Ahli Antropologi Koentjaraningrat menyebut bahwa kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia.
Istilah kebudayaan digunakan untuk menunjuk dan merukunkan hasil karya fisik manusia. Sekalipun hasil karya fisik manusia, hal ini sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusia.
Rumah adat Kudus merupakan hasil kebudayaan yang menjadi warisan leluhur untuk generasinya. Rumah adat tersebut tentunya memiliki nilai historis dan filosofis tersendiri.
Rumah adat Kudus dikenal dengan istilah Joglo Pencu. Berdasarkan data kajian historis-arkeologis, rumah adat Joglo Pencu mencerminkan akulturasi kebudayaan masyarakat Kudus yang muncul pada abad ke-15.
Apa beda Joglo Pencu dan Joglo Biasa?
Perbedaan Joglo Pencu dengan rumah adat Jawa Tengah pada umumnya terletak pada atapnya, yakni atap yang berbentuk Joglo Pencu, dengan bangunan yang didominasi seni ukir empat dimensi khas Kota Kudus, yang merupakan perpaduan gaya seni ukir dari budaya Hindu, Persia (Islam), China, dan Eropa.
Maestro rumah adat Joglo Pencu
Rumah adat Joglo Pencu sebagian besar dibangun sebelum 1810 Masehi dan pernah menjadi simbol kemewahan bagi pemiliknya pada waktu itu.
Salah satu maestro yang ahli dalam membangun rumah adat tersebut adalah Mbah Rogo Moyo.
Siapakah Mbah Rogo Moyo?
Berdasarkan keyakinan penduduk Dukuh Proko Winong, Desa Kaliwungu, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, sosok Mbah Rogo Moyo dianggap sebagai tokoh penyebar agama Islam di daerah tersebut.
Selain itu, Mbah Rogo Moyo juga merupakan prajurit Pangeran Diponegoro.
Pada saat itu, Pangeran Diponegoro ditahan oleh Belanda. Mbah Rogo Moyo pun mencari tempat yang aman hingga akhirnya sampailah ke Dukuh Proko Winong pada tahun 1800-an.
Mbah Rogo Moyo datang bersama teman seperjuangannya yakni Mbah Rogo Perti, Mbah Rogo Joyo, dan Mbah Rogo Dadi, serta juru masak Mbok Sumi dan Mbok Rasemi.
Selain berilmu agama mumpuni, Mbah Rogo Moyo ahli di bidang pertukangan kayu. Karya beliau yang terkenal adalah Joglo Pencu Tumpang Songo.
Keahliannya tersebut didengar oleh Bupati Kudus ketiga, yakni Kanjeng Kyai Adipati Ario Tjondronegoro 2.
Setelah itu, Mbah Rogo Moyo dipercaya untuk membuat bangunan Pendapa Kudus dengan ciri khas Joglo Pencu Tumpang Songo.