Foto : Adem AY / Unsplash
Coba bertanya pada diri sendiri dan maknai: motivasi dan tujuan kita berbagi pada sesama lewat media sosial itu untuk apa?
Jawaban setiap orang tentu tidak sama. Ada orang bilang tak lebih sebagai media hiburan, berbagi informasi, mencari pertemanan, ajang selfi, dan seterusnya.
Apapun tujuan dan jawabannya itu syah. Karena baik buruknya suatu media itu tergantung pada niat, tujuan, dan penggunaannya.
Yang jelas dan pasti, hal baik dan positif itu wajib diapreasiasi. Tapi yang wajib diwaspadai adalah konsekuensi dan kesiapan mental kita agar hati-hati dan tidak mudah tersinggung, jika ada postingan tidak berkenan, menghasut, dan sebagainya.
Sesederhana itu? Ya, kenapa harus dibuat jadi rumit. Kerumitan itu datang dari pikiran sendiri.
Kita mengenal peribahasa mulutmu adalah harimaumu artinya kita diajak berpikir dulu sebelum bicara agar tidak menyesal belakangan. Kini, kita mengenal jarimu harimaumu artinya agar kita mengontrol tulisan yang hendak dibagikan di media.
Dengan mulut, kita berkata-kata baik. Karena ucapan itu doa. Kita mendoakan yang baik pada sesama.
Dengan jari, kita menulis dan berbagi informasi yang baik. Tidak untuk menyakiti, mendholimi, menfitnah, apalagi untuk mengadu domba sesama anak bangsa.
Kunci sukses agar mulut dan jari mampu menuangkan gagasan yang baik adalah kita berani berpikir jernih dan tetap waras.
Pikiran baik senantiasa melahirkan perkataan, dan tindakan yang baik pula. Itu semestinya.
Wawancara Imajiner: Kuli Motivasi