The Medium Movie: Memanen Apa yang Kau Tanam

The Medium Movie: Memanem Apa Yang Kau Tanam ( Foto IMDB)

Waktu menunjukkan pukul tiga dinihari, ketika kamera yang dipasang di ruang tengah menyorot gerak-gerik Mink. Perempuan muda yang menarik, tetapi sedang kerasukan arwah. 

Ia mulai bergerak seperti layaknya Sadako, badan membungkuk lalu berjalan dengan tangan dan kaki. Kepalanya dijulurkan ke depan dengan tatap mata tajam dan mulut menyeringai.

Kadang, ia naik ke atas meja kemudian buang air kecil di sana. Lalu ia turun untuk membuka kulkas dan mengambil makanan di dalamnya dengan ekspresi rakus. 

Sekali ini ia bergerak ke sana ke mari membongkar semua barang, melemparkan ke segala penjuru, sebelum tak terdeteksi ia akan beringsut ke mana. 

Tiba-tiba, wajahnya muncul dengan tangan yang dipukulkan kamera. (Saya yakin Anda akan jump scare)

Di hari yang lain, ia mengejar anjing peliharaannya sendiri lalu menangkapnya dan membawanya ke dapur. Anjing itu ….

Katagori Mockumenetary

Saya tak sanggup menuliskan adegan itu karena terlalu mengerikan. Rating untuk film ini sendiri adalah 19+ dengan adegan kekerasan dan sedikit bumbu seksual yang digambarkan secara eksplisit.

Adegan Mink dalam tangkapan handycam di atas adalah bagian paling unik dan berbeda yang menurut saya menjadi penting dalam film dengan kategori mockumentary ini. 

WJenis film fiksi yang diproduksi seolah-olah seperti film dokumenter untuk memberikan kesan bahwa apa yang ada dalam film tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi.

Film mockumentary yang pertama saya tonton adalah Blair Witch Project, dimana imajinasi dipermainkan dengan mendorong penonton merasakan bagaimana berada di sebuah daerah-hutan-dengan suara-suara asing yang muncul.

The Medium sendiri menjadi mockumentary dengan gaya berbeda karena dikemas dalam balutan budaya dan tradisi masyarakat Thailand yang masih percaya dengan Shamanisme.

Indah Tapi Mistis

Poster The Medium versi internasional

Openingnya termasuk sepertiga awal film mungkin terasa membosankan, akan tetapi mungkin hal ini adalah kesengajaan untuk menggiring penonton menebak-nebak, mengira-ngira seperti apa kengerian nantinya.

Suasana Isan-Timur Laut Thailand-sebagai lokasi pembuatan film terasa indah tetapi mistis. Hutan, pohon besar, rawa-rawa, rumah yang masih berjarak jauh satu sama lain. Sore yang berkabut, malam dengan suasana pemukiman yang sepi serta putaran waktu seolah berjalan lambat.

Atmosfer film makin terasa mencekam dengan penuturan tokoh utama film, Nim-seorang Ibu paruh baya-yang merupakan seorang Shaman. 

Orang Indonesia lebih memahami Shaman ini sebagai dukun, meski Shamanisme lebih berhubungan erat dengan animisme. 

Nim menjelaskan juga di awal, bahwa posisi mereka merupakan perantara alam jasmani dan alam gaib dan kedudukan itu didapat secara turun temurun. Nim sendiri dipercaya sebagai keturunan Dewa Bayan yang mengatur segala relasi dengan para leluhur. 

Sakit Non Medis

Poster Film The Medium versi Thailand ( Lokal)

Ibu ini menggunakan kemampuannya sebagai pengobat tradisional, berbicara dengan para leluhur untuk membantu orang-orang yang sakit non medis.

Shamanisme di Thailand sendiri banyak dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan orang Cina. Bagaimana keterkaitan hidup mereka dengan para leluhur salah satunya diumpamakan, apabila kesusahan diasumsikan bersikap kurang baik kepada leluhur.

Salah satu yang menarik dari praktek Shamanisme di Isan-Timur Laut Thailand-tersebut, seperti kepercayaan Pra Buddha yang kemudian dikenal sebagai dasar dari keyakinan Buddhisme bahwa semua benda, semua makhluk-hidup atau tidak-mereka memiliki jiwa.

Dalam sebuah adegan yang dideskripsikan secara gamblang, termasuk Nim juga mengatakan bila sekelilingmu banyak hal yang mengandung maksud buruk seperti benda-benda yang pernah digunakan untuk niat tidak baik, energi itu akan terus ada kemudian bisa terserap oleh orang yang berdomisili di sana.

Menitisnya Dewa

Hal itu yang diyakini Nim merasuk ke dalam tubuh Mink, keponakan perempuannya yang sejatinya tak percaya takhayul tapi kemudian seperti orang yang kehilangan akal sehat. 

Awalnya Nim sempat optimis bahwa apa yang terjadi pada diri Mink adalah proses menitisnya Dewa Bayan seperti yang dialaminya dulu.

Lama kelamaan Nim sendiri tidak yakin dan mulai menyusun berbagai asumsi. Adegan Nim dengan berbagai asumsinya, malah menunjukkan bahwa posisinya sebagai Shaman, bukan berarti yang maha tahu, maha hebat dan maha kuat seperti umumnya ditunjukkan dalam film produksi Indonesia.

Kebanyakan dukun dalam film Indonesia digambarkan sebagai pengusir setan, punya ilmu yang kuat dengan bonus adegan cab*l. 

The Medium mematahkan itu semua, termasuk ketika adegan para Shaman tak mampu menghadapi roh-roh jahat yang telah bersekutu untuk melawan.

Sebagian besar jalan cerita The Medium lalu fokus kepada upaya pencarian Nim untuk menelusuri penyebab ‘sakit’ Mink yang berangsur makin aneh. Mulai dari bersikap kasar kepada anak-anak, berperilaku tak pantas di tempat kerja, bahkan melakukan kekerasan demi kekerasan lainnya yang memuncak pada apa yang terekam dalam kamera yang dipasang di rumahnya.

Perbuatan Masa Lalu

Salah satu yang ditakutkan Nim bahwa Min dirasuki oleh roh jahat akibat perbuatan keluarganya di masa lalu seperti menjual daging hewan illegal dan melakukan pembantaian di pabrik milik mereka sendiri demi mendapatkan asuransi, makin ditegaskan pernyataan seorang Shaman lain yang juga biasa melakukan ritual pengusiran arwah jahat.

Seorang lelaki yang sekarat menyumpahi keluargaPerbuatan itu yang telah menghilangkan nyawa banyak orang. Satu per satu dari mereka akan meninggal dalam keadaan tidak layak, sakit, bunuh diri, gila dan satu orang akan menjadi ‘tumbal’ dari perbuatan leluhur mereka.

Menonton The Medium memberi kesadaran bahwa setiap orang akan memanen apa yang telah ditanamnya dahulu. Semua tindakan memiliki konsekuensi. Mau tak mau, siap tak siap akan menerima akibat pada waktunya

Film Terbaik di Bucheon

Seperti juga sutradara Thailand-Banjong Pisanthanakun-dan produser Korea Selatan-Na Hong-Jin-memanen hasil kerja kreatif dan kerjasama mereka dalam melahirkan The Medium. 

Film ini mendapat predikat film terbaik di Bucheon Internasional Fantastic Film Festival, menjadi salah satu film dari Asia selain Yuni-film produksi Indonesia-yang masuk dalam nominasi Best Foreign Film Academy Award ke-94 tahun 2022, serta menjadi film Thailand pertama yang meraih box office di bioskop Indonesia.

Terbayang seperti apa filmnya ketika ada pemberitaaan sang sutradara berminat berkolaborasi dengan Joko Anwar. Terbayang sehoror apa film yang merupakan konsekuensi dari kerja sama mereka.

BACA JUGA: Film “King Richard”, Kisah Perjuangan Ayah Serena dan Venus Williams

Film ‘First Reformed’, Gaduh Iman Sang Rohaniawan

‘No Time to Die’, Film James Bond Terbaru akan Rilis September Mendatang

Avatar photo

About Ivy Sudjana

Blogger, Penulis, Pedagog, mantan Guru BK dan fasilitator Kesehatan dan Reproduksi, Lulusan IKIP Jakarta Program Bimbingan Konseling, Penerima Penghargaan acara Depdikbud Cerdas Berkarakter, tinggal di Yogyakarta