Foto : Gerd Altmann/Pixabay
“Awas, bahaya racun informasi!”
Disadari dan diakui, atau tidak, informasi yang bertebaran di media sosial (medsos) itu ibarat udara beracun yang kita hirup. Jika tidak disikapi hati-hati dan menyaring derasnya arus informasi itu dengan bijak, niscaya kita bakal keracunan, dan itu berbahaya!
Jangan sepelekan, remehkan, dan jangan merasa sok hebat, sehingga kita ainul yakin mampu menjaga diri.
Jangan pula menepuk dada. Kita tidak bakal terkontaminasi racun itu. Dijamin kita tetap sehat dan bugar!
Sekiranya, yakin seyakinnya tidak terkontaminasi racun informasi itu, kita tidak bakal sensi, reaktif, dan piawai mengomentari pribadi orang lain.
Kita tidak mudah marah, apalagi langsung menyerang balik orang yang tidak sealiran dan sepaham dengan kelompok kita.
Kita seharusnya malu semalunya hati ini, ketika kita melakukan semua itu untuk membela A, B, dan demi pembenaran diri.
Kita tidak terima, jika orang baik itu didholimi, disakiti, dihina, dan dikuyo-kuyo seperti itu. Sehingga kita harus berteriak lantang untuk membalasnya. Kita tidak sadar, atau bahkan disengaja, bahwa dengan dalih membela itu kita mengobarkan kebencian atau permusuhan pada orang lain.
Padahal orang yang kita bela mati-matian itu tidak merasa sakit hati dan terdholimi. Ia tetap simpatik, ramah, dan bekerja dengan hati.
Lalu, sebenarnya siapa yang kita bela itu?
Kenyataannya, kebenaran itu tidak membutuhkan pembelaan, karena kebenaran itu milik Allah.
Orang bersahaja dan rendah hati itu tidak merasa sakit hati, karena ia sungguh memahami, kebijaksanaan itu tidak mungkin memuaskan semua pihak. Sehingga ia berjanji untuk bekerja keras dan makin baik lagi.
Coba bertanya pada diri sendiri, tujuan kita melakukan semua itu.
Apakah kita juga sadar diri, racun informasi yang kita baca setiap saat itu, dan berapa jam setiap hari?
Sesungguhnya, ketika kita memposting hal-hal yang buruk dan negatif, sebenarnya kita juga meracuni orang lain. Apakah kita merasa tidak bersalah dan tanpa berdosa?
Kita tentu juga tidak rela, jika aib keluarga kita diungkap oleh orang lain. Kita lalu jadi bahan olok-olok, makian, dan hinaan orang lain?
Sesungguhnya, jika kita tidak mau jadi bahan cercaan orang lain, ya, kita jangan mencerca lebih dulu.
Alangkah bijak, jika yang kita posting itu mampu menginspirasi dan bermanfaat bagi orang lain.
Saatnya, kita menulisi hati sendiri dengan hal-hal baik, positif, dan produktif.
Tuhan Memberkati.