Melawan Taliban Melalui Pamer Busana Tradisonal Afganistan

Protes Wanita Afganistan - 780

Wartawan BBC, Sodaba Haidare, berbincang dengan seorang perempuan yang memulai perlawanan di media sosial tersebut. Foto kiri : Dr. Dr Jahar Jalali, mantan profesor sejarah dari American University di Afghanistan, yang mencentuskan unjuk rasa online di dunia maya. Kanan : Spozhmay Maseed, aktivis hak asasi yang berbasis di Virginia, AS. – foto: Twitter

UPAYA kelompok Taliban untuk memundurkan peran perempuan dalam kehidupan sosial politik,   terus mendapat perlawanan.   Perempuan Afghanistan berunjuk rasa menentang aturan Taliban dengan memakai busana tradisional di medsos

Mereka menggelar unjuk rasa daring (online) guna menentang aturan berbusana yang diterapkan Taliban terhadap para pelajar putri dan mahasiswi.

Di mesin pencari Google Anda bisa mengetik kata ‘pakaian tradisional Afghan’ maka Anda akan terkesima melihat ragam busana adat dengan berbagai warna.

Dengan memakai tagar #DoNotTouchMyClothes (jangan sentuh busana saya) dan #AfghanistanCulture (budaya Afghanistan), banyak perempuan membagikan foto-foto busana tradisional mereka yang penuh warna.

Setiap busana unik karena menampilkan sulaman yang dijahit dengan tangan, cermin-cermin kecil yang diletakkan secara cermat di bagian dada, dan rok lipit yang panjang—cocok dipakai untuk ‘Attan, tarian tradisional Afghanistan.

Beberapa perempuan melengkapi busananya dengan topi sulaman atau penutup kepala nan berat, tergantung dari bagian Afghanistan mana mereka berasal.

Busana-busana tradisional dengan versi lebih ringan dipakai setiap hari oleh para perempuan Afghanistan saat mereka ke kampus atau tempat bekerja selama 20 hari terakhir.

Kadang kala celana bahan pada busana tersebut digantikan dengan celana jins serta kain ditaruh menutupi kepala alih-alih memanjang hingga ke bahu.

Wanita pendukung Taliban turun ke jalan di kota Kabul (Youtube). Bukan wajah Afganistan sesungguhnya

Namun, busana itu begitu kontras dengan para perempuan berpakaian abaya hitam yang menutupi wajah dan tangan hingga menyisakan celah pada mata. Mereka berpawai di Kabul pada akhir pekan lalu guna mendukung kepemimpinan Taliban.

Dalam sebuah tayangan video, para perempuan pendukung Taliban itu terdengar menyerukan bahwa perempuan Afghan yang memakai riasan dan berbusana modern “tidak mewakili perempuan Muslim Afghan”. Mereka juga mengatakan “tidak ingin hak perempuan dari budaya asing dan bertentangan dengan syariat”.

Melalui gerakan yang dimulai Dr Jahar Jalali, mantan profesor sejarah dari American University di Afghanistan, sejumlah perempuan Afghan berunjuk rasa di media sosial menggunakan tagar #DoNotTouchMyClothes (jangan sentuh busana saya) dan #AfghanistanCulture (budaya Afghanistan) untuk menegaskan busana tradisional Afghan.

Jalali mengaku memulai gerakan itu karena “salah satu kerisauan terbesar saya adalah identitas dan kedaulatan Afghanistan sedang diserang”.

Dia mendesak para perempuan Afghan di manapun berada untuk membagikan foto busana tradisional untuk menunjukkan “wajah Afghanistan sesungguhnya”. Jalali sendiri sudah membagikan foto dirinya memakai busana hijau khas Afghan ke Twitter.

“Saya ingin menginformasikan kepada dunia bahwa busana yang Anda lihat di media [para perempuan yang berpawai mendukung Taliban di Kabul] bukanlah budaya kami, itu bukan identitas kami,” cetusnya. (BBC/dms)

Selanjutnya: Ini Busana Otentik Afganistan.

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.