Meledak-ledak di Tempat Umum, Ada Apa dengan Validasi Emosi?

Meledak-ledak di Tempat Umum, Ada Apa dengan Validasi Emosi?

Anak yang lebih pendiam mungkin akan makin menangis dengan pertanyaan pertama. Kata nggak biasa akan membuatnya merasa ‘diserang’. Seolah mempertanyakan mengapa bisa sampai menangis?

Saya mengujicoba hal ini dengan si bungsu, apa benar pendapat saya tentang kesan dari kedua pertanyaan tersebut.  Dia lelaki dan usianya sebentar lagi sepuluh tahun, jadi obrolan kami kadang-kadang sudah merambah kepada hal-hal menyangkut perasaan seperti ini.

Ketika saya gambarkan situasi di atas dan pertanyaan yang diajukan, dia memilih pertanyaan kedua. Karena yang pertama dia merasa seketika diselidiki, padahal hatinya masih sedih dan belum siap bercerita. Apalagi sebagai anak lelaki, seolah saya mempertanyakannya.

Pilihan kedua menurutnya, lebih membuatnya merasa bahwa saya berempati kepadanya. Terkejut juga saya dengan jawaban ini.

Ujicoba itu menyadarkan saya. Meski bukan Ibu baru, sungguh seru menjadi orang tua. Pemilihan kata merespons sikap perilaku anak saja, memberi efek berbeda.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Kedua pertanyaan yang saya jadikan contoh itu padahal jelas sekali, wujud orang tua perhatian kepada anaknya. “Duh, saya diem aja deh kalau anaknya begitu. Nanti salah kata, salah lagi saya!”

Nah, saya tidak mau juga dari kita seperti ini, karena akan lebih menutup kemungkinan untuk masuk dan menyelami perasaan anak-anak.

Pada banyak kejadian, sebagai orang tua, umumnya kita sering merasa masalah anak-anak perlu ditangani secara cepat. Instan kalau bisa, apalagi di tempat umum. Anak menangis, kita minta segera berhenti. Kakak adik bertengkar, kita minta segera diselesaikan konfliknya. Atau seperti tadi, memilih diam tanpa berniat membahas, mencari tahu, termasuk mendampinginya dalam proses menyelesaikan gejolak emosinya. Kita merasa, anak-anak tak perlu membuat sebuah masalah menjadi berlarut-larut. Namun, apakah kita sendiri juga demikian?

Ketika menghadapi masalah, apa sikap yang kita tunjukkan atau ekspresikan? Apakah jelas pesan emosi yang sampai? Atau malah tak hanya membingungkan sesama orang dewasa, termasuk suami atau istri, tetapi juga membuat anak-anak bertanya-tanya.

SELANJUTNYA : Orang yang termperamental …….

Avatar photo

About Ivy Sudjana

Blogger, Penulis, Pedagog, mantan Guru BK dan fasilitator Kesehatan dan Reproduksi, Lulusan IKIP Jakarta Program Bimbingan Konseling, Penerima Penghargaan acara Depdikbud Cerdas Berkarakter, tinggal di Yogyakarta