Oleh Agustina Pandiangan
Selesai mengikuti aksi jalan kaki Toba – Jakarta, setelah TIM 11 diterima Presiden Joko Widodo, Ito Jhonson Sihombing, pelaku bisnis hotel dan restoran di Bali dan Lombok, mengundang saya dan Lambok Siregar berkunjung ke Bali. Kami diminta mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan ekonomi wisata, lingkungan, dan sosial-budaya.
Jujur, aku buta melihat Indonesia dari sisi ekonomi pariwisata. Pemahamanku sejak dulu, destinasi bagus itu untuk dieksplor, dinikmati, dijaga, dan didokumentasikan sesekali. Pemahaman itu jadi meluas setelah ngobrol dengan ito Jhonson. Bang Jhonson mengajak kami berkeliling ke Bali bagian timur, dan menjelaskan banyak hal layaknya seorang guide.
Hal pertama yang menarik perhatianku, jaring yang dibentangkan di sungai-sungai. Jaring-jaring itu adalah penghalang sampah atau trash barrier yang berfungsi mencegah sampah plastik mengalir ke laut. Siapa yang menggerakkan ini? Bang Jhonson menjawab, “Sungai Watch.”
Sungai Watch adalah gerakan perlindungan dan pembersihan sungai-sungai di Bali. Gerakan ini dipelopori Gary Bencheghib, seorang pemuda, aktivis lingkungan yang saat ini berdomisili di Bali. Gary dan para relawan lain rutin melakukan operasi bersih-bersih sampah di sungai-sungai Bali setiap minggu. ( Bersambung)