“Selalu melihat sisi baik seseorang agar kita makin melihat keburukan sendiri.”
Seide.id -Filosofi itu saya terapkan dalam hidup keseharian. Tujuannya agar saya selalu bercermin lebih dulu, sebelum menilai orang lain. Prinsipnya: perlakukan orang lain seperti kita perlakukan diri sendiri.
Sesungguhnya, siap tidak siap kita bakal dinilai, atau bahkan dihakimi oleh orang lain. Sehingga kita harus berjiwa besar dan rendah hati. Kita tidak harus membalas, tapi sebagai bahan refleksi diri.
Pengalaman pahit itu pernah saya alami, ketika pekerjaan saya selalu dicela dan dikritisi oleh (alm) bos perempuan, MB yang terkenal cerewet itu. Sehingga saya berniat ke luar dan pindah pekerjaan.
Ternyata di balik sikap MB yang menjengkelkan itu, sesungguhnya saya ditempa untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada pelanggan. Sekaligus agar saya menjadi pekerja yang tangguh.
Begitu pula dengan kisah seorang sahabat yang dijauhi oleh warga, karena melakukan kesalahan kecil, lalu digosipkan oleh orang yang iri hati. Gosip itu lalu membesar dan dianggap sebagai kebenaran, sehingga harus diadili.
Faktanya, banyak terjadi, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Seorang yang khilaf dan berbuat kesalahan kecil itu mampu merusak dan menghancurkan reputasi, nama baik, dan kepercayaan yang dibangun selama puluhan tahun.
Banyak orang menjadi kejam dan sadis tiada berperikemanusiaan, ketika menghakimi kesalahan kecil bak penjahat kelas kakap. Mereka abai dan tidak mau melihat jasa orang itu.
Diakui atau tidak, itulah kenyataan hidup yang sebenarnya.
Ketika hati ini dipenuhi iri dengki, kita tidak mampu melihat kebaikan orang lain. Selain yang tampak itu hanya hal buruk dan jahat.
Ketika kita merasa paling benar, maka semua orang menjadi salah. Kita merasa paling segalanya dibandingkan dengan orang lain itu membuat kita berani mentuhankan diri sendiri.
Ketika kita melihat hanya kejelekan dan keburukan orang lain. Sejatinya kita makin jelek, buruk, dan banyak kekurangan dibandingkan dengan mereka.
Coba ingat baik-baik nasihat Guru Agung:
“Mengapa kau melihat selumbar di mata saudaramu sedangkan balok di matamu tidak kau ketahui?”
Berbeda hasilnya, jika kita mau membuka hati untuk melihat sisi baik orang lain. Ketika kita berhasil menemukan keburukan, kejelekan, dan kekurangan orang lain agar kita segera sadar dan refleksi diri untuk memperbaiki kesalahan sendiri.
Dengan melihat sisi baik orang lain dari kerendahan hati, kita menjadi tidak mudah untuk menilai, apalagi menghakimi orang lain. Kendatipun mereka jelas berbuat salah atau khilaf. Tapi orang yang rendah hati itu mudah memaafkan kesalahan orang lain tanpa diminta.
Selalu melihat sisi baik setiap pribadi agar kita melihat terang hidup sendiri.
Mas Redjo/ Red-Joss